Thursday, August 6, 2020

Published August 06, 2020 by with 0 comment

Sang Pecinta Akan Memberikan Yang Terbaik Untuk Yang Dicintai

Seorang pecinta akan merasa sangat bahagia bila bisa mempersembahkan hal terbaik yang dimilikinya untuk yang ia cintai.

Di antara manusia yang paling mencintai Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam adalah sepupu beliau, Ali bin Abi Thalib karramallahu wajhah. Kecintaannya menjadi tonggak sejarah Islam. Dalam perjalanan perjuangannya, Nabi shallallahu 'alaihi wasallam sampai pada saat yang paling kritis.

"Ingatlah ketika orang-orang kafir membuat tipu daya untuk memenjarakanmu, atau membunuhmu, atau mengusirmu. Mereka membuat tipu daya. Dan Allah adalah sebaik-baiknya pembalas tipu daya." (QS. al-Anfal: 30)

Musuh-musuh Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersepakat untuk menyerbu rumah Nabi shallallahu 'alaihi wasallam di malam hari. Semua kabilah mengirimkan wakil-wakilnya. Mereka punya missi yang sama: menghabisi Nabi yang mulia.

Pada malam itu, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menawarkan kepada Ali apakah ia bersedia untuk berbaring di tempat tidur beliau. Ali balik bertanya, "Apakah dengan begitu engkau selamat ya Rasulallah?" Nabi berkata, "Betul!" Mendengar itu Ali melonjak gembira. Ia merebahkan diri, bersujud syukur kepada Yang Mahakasih. Ia diberi kesempatan untuk mempersembahkan nyawanya buat keselamatan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam yang dicintainya. Baginya, peluang untuk berkorban demi Nabi shallallahu 'alaihi wasallam adalah anugerah yang agung. Ia segera mengambil selimut hijau dari Yaman. Ke dalam selimut Nabi shallallahu 'alaihi wasallam itu dengan bahagia Ali memasukkan tubuhnya. Ia tidur dengan tenteram tanpa sedikitpun rasa khawatir.

Menjelang Subuh, para pembunuh dari berbagai kabilah datang dengan menghunus pedang-pedang mereka. Mereka yakin bahwa yang tidur itu adalah Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam. "Bangunkan dia lebih dahulu, supaya ia merasakan pedihnya tebasan pedang," teriak mereka.

Ketika mereka melihat Ali bangun, dengan kecewa mereka segera meninggalkan tempat itu untuk mencari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam. Malaikat Jibril turun di dekat kepala Ali dan Mikail di dekat kakinya. Jibril berkata, "Luar biasa, siapa yang seperti engkau, hai putra Abu Thalib?" Allah membanggakannya di hadapan para malaikatnya. Lalu turunlah surat al-Baqarah 207: "Di antara manusia ada orang yang menjual dirinya untuk mencari keridhaan Allah. Dan Allah Maha Penyantun terhadap hamba-hamba-Nya."

Ayat ini turun untuk mendefinisikan cinta sebagai kesediaan untuk "menjual diri", memberikan yang paling berharga untuk sang kekasih. Inilah kecintaan yang sejati.

Wallahu a'lam



 

      edit

0 comments:

Post a Comment