Tidak
semua hadits yang berkaitan tentang puasa Rajab berstatus palsu. Memang ada yang palsu, ada yang dha'if dan
tentunya ada yang shahih.
Hadits yang palsu menurut kelompok anti
puasa Rajab (namun dihukumi dha'if oleh Ibnu Hajar Al-Haitami) adalah sebuah
hadits yang berbunyi:
رجب شهر عظيم يضاعف الله فيه
الحسنات فمن صام يوما من رجب فكأنما صام سنة ومن صام منه سبعة أيام غلقت عنه سبعة
أبواب جهنم ومن صام منه ثمانية أيام فتح له ثمانية أبواب الجنة ومن صام منه عشر
أيام لم يسأل الله إلا أعطاه ومن صام منه خمسة عشر يوما نادى مناد في السماء قد
غفر لك ما مضى فاستأنف العمل ومن زاد زاده الله
“Bulan
Rajab adalah bulan yang agung, Allah akan melipatkan kebaikan pada bulan itu.
Barangsiapa yang berpuasa satu hari pada bulan Rajab, maka seakan-akan ia berpuasa
selama satu tahun. Barangsiapa yang berpuasa tujuh hari pada bulan Rajab, maka
akan ditutup tujuh pintu api neraka jahanam darinya. Barangsiapa yang berpuasa
delapan hari pada bulan itu, maka akan dibukakan delapan pintu surga baginya.
Barangsiapa yang berpuasa sepuluh hari dari bulan Rajab, maka tidaklah Allah
dimintai apa pun kecuali Allah akan memberinya. Barangsiapa berpuasa lima belas
hari pada bulan Rajab, maka ada yang memanggil dari langit, ‘Engkau telah
diampuni dosamu yang telah lampau.’ Mulailah amal, siapa yang terus menambah,
maka akan terus diberi pahala.” (HR. Ath-Thabrani dalam Al-Mu’jam Al-Kabir
5538 dari jalur ‘Utsman Ibnu Mathor Asy-Syaibani, dari ‘Abdul Ghafur yaitu Ibnu
Sa’id, dari ‘Abdul ‘Aziz bin Sa’id dari bapaknya).
Hadits
yang dha'if di antaranya hadits yang
berbunyi:
إن في الجنة نهراً يقال له
رجب ماؤه أشد بياضاً من اللبن وأحلى من العسل من صام يوماً من رجب سقاه الله من
ذلك النهر
“Sesungguhnya
di surga ada sebuah sungai, namanya sungai Rajab. Airnya lebih putih dari pada
susu, lebih manis dari pada madu, siapa yang puasa sehari di bulan Rajab maka
Allah akan memberi minum orang ini dengan air sungai tersebut.” (HR.
Baihaqi)
اللهم بارك لنا في رجب وشعبان
وبلغنا رمضان
“Ya
Allah, berkahilah kami di bulan Rajab dan Sya’ban,
dan sampaikan kami ke bulan Ramadhan.”(HR. Ahmad)
Hadits
yang shahih agar berpuasa di bulan
haram di antaranya:
Imam
Abu Dawud meriwayatkan dalam al-Sunan (2/322) sebagai berikut ini:
عن مجيبة
الباهلية عن أبيها أو عمها أنه : أتى رسول الله صلى الله عليه وسلم ثم انطلق فأتاه
بعد سنة وقد تغيرت حالته وهيئته فقال يا رسول الله أما تعرفني قال ومن أنت قال أنا
الباهلي الذي جئتك عام الأول قال فما غيرك وقد كنت حسن الهيئة قال ما أكلت طعاما إلا
بليل منذ فارقتك فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم لم عذبت نفسك ثم قال صم شهر الصبر
ويوما من كل شهر قال زدني فإن بي قوة قال صم يومين قال زدني قال صم ثلاثة أيام قال
زدني قال صم من الحرم واترك صم من الحرم واترك صم من الحرم واترك وقال بأصابعه الثلاثة
فضمها ثم أرسلها
Dari
Mujibah al-Bahiliyah, dari ayah atau pamannya, bahwa ia mendatangi Rasulullah
SAW kemudian pergi. Lalu datang lagi pada tahun berikutnya, sedangkan kondisi
fisiknya telah berubah. Ia berkata: “Wahai Rasulullah, apakah engkau masih
mengenalku?” Beliau bertanya: “Kamu siapa?” Ia menjawab: “Aku dari suku Bahili,
yang datang tahun sebelumnya.” Nabi SAW bertanya: “Kondisi fisik mu kok
berubah, dulu fisikmu bagus sekali?” Ia menjawab: “Aku tidak makan kecuali
malam hari sejak meninggalkanmu.” Lalu Rasulullah SAW bersabda: “Mengapa kamu
menyiksa diri?” Lalu berliau bersabda: “Berpuasalah di bulan Ramadhan dan satu
hari dalam setiap bulan.” Ia menjawab: “Tambahlah kepadaku, karena aku masih
mampu.” Beliau menjawab: “Berpuasalah dua hari dalam sebulan.” Ia berkata:
“Tambahlah, aku masih kuat.” Nabi SAW menjawab: “Berpuasalah tiga hari dalam
sebulan.” Ia berkata: “Tambahlah.” Nabi SAW menjawab: “Berpuasalah di bulan
haram dan tinggalkanlah, berpuasalah di bulan haram dan tinggalkanlah, berpuasalah
di bulan haram dan tinggalkanlah.”
Perintah
mengagungkan bulan haram sebagaimana dijelaskan dalam Al-Qur'an:
إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُوْرِ
عِنْدَ اللهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِيْ كِتَابِ اللهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ
وَالْأَرْضَ مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ
“Sesungguhnya jumlah bulan menurut
Allah ialah dua belas bulan, (sebagaimana) dalam ketetapan Allah pada waktu Dia
menciptakan langit dan Bumi, di antaranya ada empat bulan haram.” (QS.
At-Taubah: 36)
Bulan
haram yang dimaksud ayat ini adalah bulan Rajab, Dzulqa’dah, Dzulhijjah, dan
Muharram. Cara mengagungkan bulan haram di antaranya
adalah dengan memperbanyak
ibadah, sedekah atau berpuasa.
Jelaslah bahwa berpuasa di bulan Rajab
bukanlah perbuatan bid'ah, tercela, sesat atau sia-sia sebagaimana yang
dituduhkan kelompok anti puasa Rajab, melainkan merujuk pada dalil yang shahih.
Keberadaan hadits palsu bukan berarti mengubur keutamaan puasa Rajab, sebab ada
dalil yang shahih yang dapat dijadikan pedoman yakni kesunnahan berpuasa di bulan
haram. Begitupun keberadaan hadits dha'if, mayoritas ulama (ahlissunnah wal
jama’ah) tetap menjadikannya sebagai pedoman motivasi meningkatkan amal atau
fadha'ilul amal.
Wallahu
a'lam...
0 comments:
Post a Comment