وَيَنْبَغِى لِأَهْلِ الْعِلْمِ
أَنْ لاَيُذِلَّ نَفْسَهُ بِالطَّمَعِ فِى غَيْرِ مَطْمَعٍ، وَيَتَحَرَّزَ عَمَّا فِيْهِ
مَذَلَّةُ الْعِلْمِ وَأَهْلِهِ، وَيَكُوْنَ مُتَوَاضِعًا. وَالتَّوَاضُعُ بَيْنَ التَّكَبُّرِ
وَالْمَذَلَّةِ وَالْعِفَّةُ كَذَلِكَ يُعْرَفُ ذَلِكَ فِى كِتَابِ اْلأَخْلاَقِ
Hendaknya seorang ulama tidak menghinakan dirinya dengan menginginkan sesuatu yang tidak pantas didambakan, menjaga dirinya dari segala sesuatu yang dapat merendahkan ilmu dan para ulama, serta bersikap rendah hati. Perbedaan antara sikap rendah hati dan sombong, demikian pula tentang perbedaan antara harga diri dan kehinaan dapat diketahui di buku-buku tentang akhlak.
أَنْشَدَ الشَّيْخُ اْلإِمَامُ اْلأَجَلُّ اْلأُسْتَاذُ رُكْنُ اْلإِسْلاَمِ الْمَعْرُوْفُ بِاْلأَدِيْبِ الْمُخْتَارِ رَحِمَهُ اللهُ شِعْرًا لِنَفْسِهِ:
Syaikh al-Imam Yang Agung Ustadz Ruknul Islam yang terkenal sebagai penyair yang handal menuturkan gubahan syairnya:
إِنَّ الـتَّوَاضُـعَ مِـنْ خِـصَـالِ الْمُـتَّقِى ٭ وَبِهِ التَّقِىُّ إِلَى الْمَـعَالِى يَرْتَقِى
وَمِنَ الْعَجَائِبِ عُجْبُ
مَنْ هُوَ جَاهِلُ ٭ فِى حَالِهِ أَهْوَ السَّعِيْدُ أَمِ الشَّقِى
أَمْ كَـيْـفَ يُخْــتَمْ عُـمْـرُهُ
أَوْ رُوْحُــهُ ٭ يَوْمَ الـنَّوَى مُـتَسَفِّلٌ أَوْ مُرْتَقِى
وَالْـكِـــبْـرِيَـاءُ لِـرَبِّـنَـا
صِــفَـةٌ بِــــهِ ٭ مَـخْـصُـوْصَةٌ فَتَجَـنِّبَنْهَا وَاتَّقِى
Sesungguhnya tawadhu termasuk sifat orang yang bertakwa * Dengannya seorang yang bertakwa mencapai derajat yang tinggi
Termasuk mengherankan
sifat ujub orang yang tidak mengetahui * Tentang dirinya apakah ia termasuk
orang yang selamat atau celaka
Atau bagaimana umurnya
atau ruhnya berakhir * Di hari kematian apakah ia orang yang jatuh atau yang naik
Kesombongan adalah sifat
milik Tuhan kita * Khusus bagi-Nya, maka hindarilah dan jauhilah kesombongan
قَالَ أَبُوْ حَنِيْفَةَ رَحِمَهُ اللهُ لِأَصْحَابِهِ: عَظِّمُوْا عَمَائِمَكُمْ وَوَسِّعُوْا أَكْمَامَكُمْ. وَإِنَّمَا قَالَ ذَلِكَ لِئَلاَّ يُسْتَخَفَّ بِالْعِلْمِ وَأَهْلِهِ
Abu Hanifah rahimahullah berkata kepada para sahabatnya, “Besarkanlah surban kalian dan luaskanlah lengan baju kalian.” Beliau mengatakan demikian agar orang-orang tidak merendahkan ilmu dan para ulama.
وَيَنْبَغِى لِطَالِبِ الْعِلْمِ أَنْ يَحْصُلَ كِتَابَ الْوَصِيَّةِ الَّتِى كَتَبَهَا أَبُوْ حَنِيْفَةَ لِيُوْسُفَ بْنِ خَالِدٍ السِّمْتِىِّ رَحْمَةُ اللهِ عَلَيْهِ عِنْدَ الرُّجُوْع إِلَى أَهْلِهِ، يَجِدُهُ مَنْ يَطْلُبُهُ. وَكَانَ أُسْتَاذُنَا شَيْخُ اْلإِمَامُ بُرْهَانُ اْلأَئِمَّةِ عَلِىُّ بْنُ أَبُوْ بَكْرٍ قَدَّسَ اللهُ رُوْحَهُ الْعَزِيْزَ أَمَرَنِى بِكِتَابَتِهِ عِنْدَ الرُّجُوْعِ إِلَى بَلَدِىْ وَكَتَبْتُهُ وَلاَبُدَّ لِلْمُدَرِّسِ وَالْمُفْتِى فِى مُعَامَلاَتِ النَّاسِ مِنْهُ
Hendaknya seorang murid yang hendak kembali ke keluarganya berusaha mendapatkan surat wasiat yang ditulis oleh Abu Hanifah kepada Yunus bin Khalid As-Simti, dan yang bisa mendapatkannya hanyalah orang yang mau mencarinya. Dahulu guru kami Syaikh al-Imam Ali bin Abu Bakar (semoga Allah menyucikan ruhnya yang mulia) menyuruhku menulis surat ini ketika aku hendak kembali ke daerahku, dan akupun menulisnya. Selain itu hendaknya wasiat ini dipergunakan oleh para guru dan mufti dalam pergaulan mereka dengan orang lain.
0 comments:
Post a Comment