Monday, January 25, 2021

Published January 25, 2021 by with 0 comment

Agar Cahaya Hatimu Tidak Padam


لَا
يُشَكِّكَنَّكَ فِي الْوَعْدِ عَدَمُ وُقُوْعِ الْمَوْعُوْدِ وَ إِنْ تَعَيَّنَ زَمَنُهُ لِئَلَّا يَكُوْنَ ذلِكَ قَدْحًا فِيْ بَصِيْرَتِكَ وَ إِخْمَادًا لِنُوْرِ سَرِيْرَتِكَ

Jangan sampai kamu ragu terhadap janji Allah karena tidak terlaksananya apa yang telah dijanjikan itu, meskipun telah tertentu (tiba) masanya. Supaya tidak menyalahi pandangan mata hatimu atau memadamkan cahaya sirr di hatimu.”


Syaikh Ibnu ‘Athā’illāh berkata:

لَا يُشَكِّكَنَّكَ فِي الْوَعْدِ عَدَمُ وُقُوْعِ الْمَوْعُوْدِ وَ إِنْ تَعَيَّنَ زَمَنُهُ.

Jangan sampai engkau ragu terhadap janji Allah karena tidak terlaksananya apa yang telah dijanjikan itu, meskipun telah tiba masanya.

Janganlah engkau meragukan janji Allah sebab tidak terlaksananya apa yang dijanjikan, walaupun sudah ditentukan waktunya. Jika Allah menjanjikan sesuatu untukmu lewat mimpi, lisan malaikat atau ilhām Rahmānī, kemudian tidak terwujud, maka janganlah engkau ragu, walaupun waktunya sudah ditetapkan.

 لِئَلَّا يَكُوْنَ ذلِكَ قَدْحًا فِيْ بَصِيْرَتِكَ وَ إِخْمَادًا لِنُوْرِ سَرِيْرَتِكَ

Supaya tidak menyalahi pandangan mata hatimu atau memadamkan cahaya sirr di hatimu.”

Supaya tidak mengaburkan pandangan mata hatimu atau memadamkan cahaya yang ada di lubuk hatimu.

Jika seorang murīd mengalami khāthir Rahmānī atau khāthir malikī akan terjadinya sesuatu, lalu sesuatu tersebut tidak terjadi, maka hendaklah ia tidak merasa ragu, akan tetapi hendaklah ia mengetahui tingkatan adabnya di hadapan Allah dan meyakinkan hatinya akan kebenaran janji itu. Barangsiapa seperti penggambaran ini, maka ia adalah ‘ārif billāh. 

Wallāhu a‘lam.

Catataan Tambahan:

Secara bahasa “sarīrah” berarti sesuatu yang dirahasiakan di dalam hati. Akan tetapi, menurut kaum sufi, istilah sirr dinyatakan sebagai barang lembut yang dititipkan di dalam hati manusia. Seperti halnya ruh yang dasar-dasarnya musyāhadah mahabbah, maka sirr adalah tempat musyāhadah dan hati tempat makrifat. Sirr, menurut mereka, adalah “raja pengawas” sedangkan sirr-nya sirri atau rahasianya rahasia adalah sesuatu yang tidak bisa dilihat oleh selain al-Ḥaqq. Sirr lebih lembut daripada ruh, sementara ruh lebih mulia daripada hati. Kaum sufi mengatakan: sirr bebas dari belenggu, perubahan, jejak-jejak dan bekas-bekas. Sirr merupakan sesuatu yang terpelihara dan tertutup antara hamba dan al-Haqq dalam ahwāl-nya. Abul-Qāsim ‘Abd-ul-Karīm Hawāzin al-Qusyairī an-Naisābūrī, ar-Risālat-ul-Qusyairiyyah, Al-Maktubah al-‘Ashriyyah, cet. ke-1, Libanon, 2001, hal. 88.

Al-Khawāthir (bisikan) adalah informasi atau inspirasi yang mendatangi hati sanubari. Terkadang kedatangannya melalui malaikat (ilhām), syaithan (waswas), bisikan-bisikan nafsu (hawājis) atau langsung dari Allah (naqrat-ul-khāthir). Jika dari malaikat, maka dinamakan ilham; jika dari nafsu, maka dinamakan angan-angan atau kecemasan; jika dari syaithan, maka dinamakan waswas; dan jika dari Allah, maka dinamakan inspirasi yang paling benar (haqq atau haqīqah). Dikutip dari “diktat tashawwuf” oleh KH. Moch. Djamaluddin Achmad, Sekolah Tinggi Islam Bani Fattah Tambakberas Jombang, 2011, hal. 47) 

      edit

0 comments:

Post a Comment