Wednesday, August 21, 2019

Published August 21, 2019 by with 0 comment

Memahami Makna Rezeki

Sebagian besar manusia berpandangan bahwa rezeki adalah uang, penghasilan yang besar, bahan makanan yang lezat, rumah megah, dan kendaraan pribadi yang mewah. Namun, hal ini berbeda dengan pemahaman yang disampaikan kalangan ulama. M. Mutawalli asy-Sya’rawi, misalnya, berkata, “Rezeki adalah segala apa yang bisa dimanfaatkan oleh pemiliknya.”[1] Dengan demikian, bisa dipahami bahwa rezeki adalah segala sesuatu yang dipakai, segala sesuatu yang dimakan, dan segala sesuatu yang dinikmati.

Dengan bahasa lain, rezeki bisa dimaknai sebagai segala anugerah dan karunia Allah Swt. Itu artinya rezeki meliputi uang, pekerjaan, rumah, kendaraan, makanan, kesehatan, ilmu pengetahuan, dan segala sesuatu yang dirasa nikmat dan dapat memberi manfaat bagi pemiliknya.

Setiap anugerah dan kenikmatan yang diberikan oleh Allah kepada setiap makhluk ciptaan-Nya dinamakan rezeki. Setiap makhluk pasti akan memperoleh rezeki. Pengertian rezeki yang dimaksud adalah bersifat umum, baik konkret maupun abstrak, lahir maupun batin. Rezeki yang konkret (lahir) seperti harta kekayaan, pangkat, jabatan, dan sebagainya. Sedangkan rezeki yang abstrak (batin) seperti rasa senang, hati tenang, gembira, dan sebagainya. Besar kecilnya kadar rezeki yang diberikan itu hak Allah Yang Maha Menentukan dan Allah adalah Dzat Yang Maha Suci dari kesalahan.

Allah Swt berfirman:
 
وَمَا مِنْ دَابَّةٍ فِي الْأَرْضِ إِلَّا عَلَى اللهِ رِزْقُهَا وَيَعْلَمُ مُسْتَقَرَّهَا وَمُسْتَوْدَعَهَا ۚ كُلٌّ فِي كِتَابٍ مُبِينٍ
 
“Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezekinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh).”[2]

Yang dimaksud binatang melata di sini adalah segenap makhluk yang bernyawa. Tidak diragukan lagi tentang banyaknya hewan, beraneka ragam warna dan bentuknya serta jenisnya, di darat, di laut, maupun di udara. Semua itu hanya Allah yang tahu pasti berapa jumlahnya. Dia pula yang tahu pasti bagaimana watak dan tabiatnya, makanannya, dan tempat tinggalnya, dan hal-hal yang sesuai atau serasi dengannya.

Dan termasuk dari bagian dabbah yang dimaksud dalam ayat di atas adalah manusia. Manusia adalah makhluk yang paling sempurna dalam penciptaan, dan juga paling mulia di sisi Allah Swt. Kedudukan manusia, apakah dia termasuk golongan yang bertakwa atau durhaka, rezekinya tetap berada dalam tanggungan Allah.

Dalam sebuah hadits qudsi, Allah Swt berfirman: “Wahai hamba-Ku, tiap-tiap dari kalian berada dalam kelaparan kecuali orang-orang yang Kuberi makan. Oleh karena itu, mintalah makan kepada-Ku, niscaya Aku akan memberimu makan.”



[1] Prof. Dr. M. Mutawalli asy-Sya’rawi, Rezeki (terj.), Jakarta: Gema Insani Press, 1996, Cet. IV, halaman 25.
[2] QS. Hud [11]: 6.
      edit

0 comments:

Post a Comment