Pada
saat kemarau panjang, kita dianjurkan untuk berdoa minta hujan dengan bertawassul melalui orang-orang saleh yang
ada di zamannya. Tawassul
saat minta hujan ini pernah dilakukan oleh Sayyidina Umar bin Khattab ra. Lafal tawassul Sayyidina Umar bin Khattab ra adalah sebagai berikut:
اَللَّهُمَّ إِنَّا كُنَّا نَسْتَسْقِي إِلَيْكَ بِنَبِيِّنَا فَتَسْقِيْنَا، وَإِنَّا نَتَوَسَّلُ إِلَيْكَ بِعَمِّ نَبِيِّنَا فَاسْقِنَا
[Allāhumma innā kunnā nastaqī ilaika bi nabiyyinā, fa tasqīnā. Wa innā natawassalu ilaika bi ‘ammi nabiyyinā, fasqinā]
“Ya Allah, kami dulu meminta hujan kepada-Mu melalui kedudukan
nabi kami (Nabi Muhammad Saw) yang tinggi, lalu Kau turunkan hujan untuk kami.
Sekarang kami meminta hujan kepada-Mu melalui kedudukan paman nabi kami
(Sayyidina Abbas bin Abdul Muthalib) yang tinggi, maka turunkanlah hujan untuk
kami.”
Tawassul Sayyidina Umar bin Khattab ra ini diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhari. Tawassul Sayyidina Umar bin Khattab ra dalam riwayat ini pernah dilakukan pada zaman Rasulullah Saw. Setelah Rasulullah Saw wafat, Sayyidina Umar bin Khattab ra bertawassul melalui Sayyidina Abbas ra, paman Rasulullah Saw.
Kemarau berkepanjangan terjadi pada tahun 18 H sehingga tanah menjadi berdebu karena kekeringan. Kemarau panjang berlangsung hingga sembilan bulan. Masyarakat mengadu kepada Sayyidina Umar dan beliau kemudian bertawasul melalui Sayyidina Abbas ra.
وَعَنْ أَنَسٍ - أَنَّ عُمَرَ - رضي الله عنه - كَانَ إِذَا قَحِطُوْا يَسْتَسْقِي بِالْعَبَّاسِ بْنِ عَبْدِ اَلْمُطَّلِبِ. وَقَالَ: اَللَّهُمَّ إِنَّا كُنَّا نَسْتَسْقِي إِلَيْكَ بِنَبِيِّنَا فَتَسْقِينَا، وَإِنَّا نَتَوَسَّلُ إِلَيْكَ بِعَمِّ نَبِيِّنَا فَاسْقِنَا، فَيُسْقَوْنَ - رَوَاهُ اَلْبُخَارِيُّ
“Dari Anas ra, Amirul Mukminin Umar bin Khatthab ra ketika masyarakat mengalami kekeringan berkepanjangan bertawassul dalam istisqa melalui Abbas bin Abdul Muthalib ra. Sayyidina Umar ra dalam doa istisqanya mengatakan: [‘Allāhumma innā kunnā nastaqī ilaika bi nabiyyinā, fa tasqīnā. Wa innā natawassalu ilaika bi ‘ammi nabiyyinā, fasqinā], lalu hujan pun turun kepada mereka.” (HR al-Bukhari)
“Hadits ini menjadi dalil atas (anjuran) permohonan syafaat terhadap orang baik, orang saleh, dan ahlul bait; keutamaan dan kemuliaan derajat Sayyidina Abbas di sisi Allah melalui ijabah doa, dan keutamaan Sayyidina Umar ra atas ketawadhuannya terhadap Sayyidina Abbas ra.” (Syekh Hasan Sulaiman An-Nuri dan Syekh Alawi Abbas Al-Maliki, Ibanatul Ahkam, [Beirut, Darul Fikr: 1996 M/1416 H], cetakan pertama, juz II, halaman 129)
Adapun nasab Sayyidina Abbas ra adalah Abbas bin Abdul Muthalib bin Hasyim bin Abdu Manaf Al-Qurasyi. Ia merupakan salah seorang paman Nabi Muhammad Saw. Ia lahir dua tahun sebelum kelahiran Rasulullah Saw yang wafat pada tahun 32 H. Ia ikut hijrah sesaat menjelang Fathu Makkah. Ia juga ikut menyaksikan peristiwa Fathu Makkah dan Perang Hunain.
Sayyidina Abbas ra mendapat tempat di hati Rasulullah Saw. Sayyidina Abbas ra merupakan salah seorang kerabat Rasulullah Saw yang harus dicintai sebagaimana perintah Allah Swt. Rasulullah Sawa dalam sebuah sabdanya mengatakan, “Siapa saja yang menyakiti Abbas, maka ia menyakitiku karena paman itu adalah saudara sekandung ayahnya.”
Dari sini, ulama menganjurkan agar masyarakat memilih orang yang paling saleh dan zuhud di antara mereka untuk berdoa meminta hujan dan menjadi imam serta khatib pada rangkaian shalat Istisqa.
Wallahu a‘lam
0 comments:
Post a Comment