Tuesday, December 3, 2019

Published December 03, 2019 by with 0 comment

Syaikh al-Albani dan Sayyidina Utsman

Di antara tokoh Wahabi yang sangat berpengaruh dewasa ini adalah Syaikh Muhammad Nashiruddin al-Albani. Al-Albani ini banyak memiliki pandangan kontroversial (syadz) dan keluar dari al-Qur'an dan Sunnah, sehingga tidak jarang menuai kritikan tajam dari para ulama termasuk dari kalangan Wahabi sendiri.
 
Berikut akan kami paparkan kontroversi pendapat al-Albani yang terkait dengan Sayyidina Utsman radhiyallahu 'anhu.
 
Seperti yang telah kita maklumi, bahwa pada masa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, Abu Bakar dan Umar radhiyallahu 'anhuma, adzan untuk shalat Jumat hanya dilakukan satu kaliو yaitu saat khatib naik mimbar. 
 
Pada masa Sayyidina Utsman radhiyallahu 'anhu, jumlah penduduk semakin meningkat, rumah-rumah baru banyak yang dibangun dan jauh dari masjid. Untuk memudahkan mereka dalam menghadiri shalat Jumat agar tidak terlambat, beliau memerintahkan agar adzan dilakukan dua kali. Adzan ini disepakati oleh seluruh sahabat yang hadir pada saat itu. Para ulama menamai adzan Sayyidina Utsman radhiyallu 'anhu ini dengan sunnah yang harus diikuti karena beliau termasuk Khulafaur Rasyidin.
 
Tetapi al-Albani dalam kitabnya al-Ajwibah al-Nafi'ah, menilai adzan Sayyidina Utsman radhiyallahu 'anhu ini sebagai bid'ah yang tidak boleh dilakukan. Tentu saja, pendapat aneh al-Albani ini menyulut serangan tajam dari kalangan ulama termasuk dari sesama Wahabi. Dengan pandangannya ini, berarti al-Albani menganggap seluruh sahabat dan ulama salaf yang saleh yang telah menyetujui adzan Sayyidina Utsman radhiyallahu 'anhu ini sebagai ahli bid'ah. Bahkan Syaikh al-'Utsaimin sendiri --sesama tokoh Wahabi-- sangat marah kepada al-Albani, sehingga dalam salah satu kitabnya menyinggung al-Albani dengan sangat keras dan menilainya tidak memiliki pengetahuan agama sama sekali:

يَأْتِيْ رَجُلٌ فِيْ هَذَا الْعَصْرِ، لَيْسَ عِنْدَهُ شَيْءٌ مِنَ الْعِلْمِ وَيَقُوْلُ: أَذَانُ الْجُمْعَةِ اْلأَوَّلُ بِدْعَةٌ، لِأَنَّهُ لَيْسَ مَعْرُوْفًا عَلَى عَهْدِ الرَّسُوْلِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَيَجِبُ أَنْ نَقْتَصِرَ عَلَى اْلأَذَانِ الثَّانِيْ فَقَطْ! فَنَقُوْلُ لَهُ: إِنَّ سُنَّةَ عُثْمَانَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ سُنَّةٌ مُتَّبَعَةٌ إِذَا لَمْ تُخَالِفْ سُنَّةَ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَلَمْ يَقُمْ أَحَدٌ مِنَ الصَّحَابَةِ الَّذِيْنَ هُمْ أَعْلَمُ مِنْكَ وَأَغْيَرُ عَلَى دِيْنِ اللهِ بِمُعَارَضَتِهِ، وَهُوَ مِنَ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ الْمَهْدِيِّيْنَ، الَّذِيْنَ أَمَرَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِاتِّبَاعِهِمْ 

"Ada seorang laki-laki dewasa ini yang tidak memiliki pengetahuan agama sama sekali mengatakan, bahwa adzan Jumat yang pertama adalah bid'ah, karena tidak dikenal pada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, dan kita harus membatasi adzan kedua saja! Kita katakan kepada laki-laki tersebut: Sesungguhnya sunnahnya Utsman radhiyallahu 'anhu adalah sunnah yang harus diikuti apabila tidak menyalahi sunnah Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dan tidak ditentang oleh seorang pun dari kalangan sahabat yang lebih mengetahui dan lebih ghirah terahadap agama Allah daripada kamu (al-Albani). Beliau (Utsman radhiyallahu 'anhu) termasuk Khulafaur Rasyidin yang memperoleh petunjuk, dan diperintahkan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam untuk diikuti." (Al-'Utsaimin, Syarh al-'Aqidah al-Wasithiyyah, hal. 638)

Pernyataan al-'Utsaimin yang menilai al-Albani, "tidak memiliki ilmu pengetahuan agama sama sekali", mestinya menjadi perhatian bagi kita untuk tidak mengambil fatwa-fatwanya terkait urusan agama ini.

Wallahu a'lam  
      edit

0 comments:

Post a Comment