Abdus Shomad bin Mughaffal mendengar Ibnu Munabbih berkata: "Aku membaca
30 baris terakhir dari kitab Zabur-nya Nabi Dawud, Allah berfirman:
"Wahai Dawud! Tahukah engkau orang mukmin yang paling Aku cintai, yang
Aku panjangkan usianya?"
Nabi Dawud menjawab, "Tidak, Tuhan."
Allah berfirman: "Yaitu orang yang ketika membaca laa ilaaha illallaah merinding
kulitnya dan melemah sendi-sendinya. Aku tak ingin ia cepat mati,
sebagaimana halnya orangtua yang tak menginginkan kematian anaknya. Tapi
bagaimanapun juga kematian pasti datang. Akan Kuberikan kebahagiaan
dalam satu tempat, namun bukan di tempat ini. Kenikmatan di dunia adalah
cobaan. Kemewahannya adalah kebangkrutan. Di dunia terdapat musuh yang
mengganggu dan merusak. Jalannya seperti aliran darah. Karena itulah Aku
percepat wali-Ku masuk ke dalam surga. Andaikata tanpa itu, maka
manusia takkan pernah mati hingga sangkakala ditiup."
Dari Anas bin Malik, bahwa Nabi Saw bersabda:
مَنْ قَالَ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَمَدَّهَا هُدِمَتْ لَهُ
اَرْبَعَةُ آلاَفِ ذَنْبٍ مِنَ الْكَبَائِرِ
"Barangsiapa membaca laa ilaaha illallaah dan memanjangkan kalimat itu maka akan hancur empat ribu dosa besar."
Sayidina Ali juga meriwayatkan hadits ini.
Kisah (1)
Hazim yang Sakit
Dalam sebuah majelis tafsir yang diasuh oleh seorang guru besar yang
zuhud, yakni Ya'qub al-Kisai, dikisahkan bahwa Hazim bin Walid tengah
sakit. Seorang tabib pun didatangkan untuk mengobatinya.
"Ia tak sakit," kata sang tabib. "Cobalah tanyakan kepadanya mengapa ia
sakit, karena dialah yang paling tahu tentang keadaannya."
Mereka lalu bertanya kepada Hazim.
"Aku memang tak sakit. Sakitku adalah rasa takut kepada Allah Yang Maha
Mulia dan Maha Memberi. Takut membanggakan amal. Takut perhitungan amal.
Takut kehilangan iman dari sanubariku. Takut dimasukkan ke dalam
golongan yang menerima azab. Alangkah beruntung orang yang mati dengan
membawa iman, lalu melangkahkan kakinya ke dalam surga," jawab Hazim
Kisah (2)
Raja yang Durhaka
Dikisahkan oleh Abu Bakar bin Abdullah al-Musani:
Hiduplah seorang raja yang durhaka kepada Tuhannya. Orang-orang kemudian melakukan perlawanan kepadanya hingga ia menyerah.
Mereka bertanya-tanya, "Dengan cara apa kita menghukum mati dia yang telah durhaka kepada Tuhannya?"
Terjadilah kesepakatan. Mereka memasukkan sang raja ke dalam bejana
besar. Kepalanya ditutupi. Mereka menyalakan api di bawah bejana
tersebut.
Ketika api semakin memanas, raja memanggil-manggil tuhannya. Tapi tuhan yang dipanggilnya itu bukanlah Allah.
"Wahai Latta, Hubal, Uza. Selamatkan aku! Aku selalu mengusap kepalamu, wahai Hubal; dan selalu melayanimu!" teriaknya.
Setiap ia meminta perlindungan, api semakin bertambah panas. Sadar bahwa
apa yang ia sembah tak bisa menolong, ia putus asa. Lalu kembali kepada
Allah.
Dari dalam bejana ia menyeru, "Laa ilaaha illallaah Muhammadur rasuulullaah...."
Seketika itu Allah menurunkan hujan dari langit yang mampu memadamkan
api. Angin bertiup sangat kencang dan menerbangkan bejana tersebut ke
awang-awang. Ia terus mengucapkan kalimat itu, hingga bejana itu tak
terlihat lagi oleh mata. Angin tersebut melemparkannya ke dalam satu
kaum yang belum mengenal Allah Ta'ala.
Seketika kaum itu mengambil bejana tersebut dan membukanya, sang raja keluar.
"Siapakah engkau? Bagaimana ini bisa terjadi?" tanya mereka.
Sang raja menjawab, "Aku adalah seorang raja."
Lalu, ia menceritakan semua peristiwa yang ia alami, hingga kaum itu kemudian masuk Islam seluruhnya.
0 comments:
Post a Comment