Sunday, June 14, 2020

Published June 14, 2020 by with 0 comment

Keutamaan Laa Ilaaha Illallaah

Abdus Shomad bin Mughaffal mendengar Ibnu Munabbih berkata: "Aku membaca 30 baris terakhir dari kitab Zabur-nya Nabi Dawud, Allah berfirman: "Wahai Dawud! Tahukah engkau orang mukmin yang paling Aku cintai, yang Aku panjangkan usianya?" 
 
Nabi Dawud menjawab, "Tidak, Tuhan."
 
Allah berfirman: "Yaitu orang yang ketika membaca laa ilaaha illallaah merinding kulitnya dan melemah sendi-sendinya. Aku tak ingin ia cepat mati, sebagaimana halnya orangtua yang tak menginginkan kematian anaknya. Tapi bagaimanapun juga kematian pasti datang. Akan Kuberikan kebahagiaan dalam satu tempat, namun bukan di tempat ini. Kenikmatan di dunia adalah cobaan. Kemewahannya adalah kebangkrutan. Di dunia terdapat musuh yang mengganggu dan merusak. Jalannya seperti aliran darah. Karena itulah Aku percepat wali-Ku masuk ke dalam surga. Andaikata tanpa itu, maka manusia takkan pernah mati hingga sangkakala ditiup."
 
Dari Anas bin Malik, bahwa Nabi Saw bersabda:
 
مَنْ قَالَ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَمَدَّهَا هُدِمَتْ لَهُ اَرْبَعَةُ آلاَفِ ذَنْبٍ مِنَ الْكَبَائِرِ
 
"Barangsiapa membaca laa ilaaha illallaah dan memanjangkan kalimat itu maka akan hancur empat ribu dosa besar."
 
Sayidina Ali juga meriwayatkan hadits ini.
 
Kisah (1)
Hazim yang Sakit
 
Dalam sebuah majelis tafsir yang diasuh oleh seorang guru besar yang zuhud, yakni Ya'qub al-Kisai, dikisahkan bahwa Hazim bin Walid tengah sakit. Seorang tabib pun didatangkan untuk mengobatinya. 
 
"Ia tak sakit," kata sang tabib. "Cobalah tanyakan kepadanya mengapa ia sakit, karena dialah yang paling tahu tentang keadaannya."
 
Mereka lalu bertanya kepada Hazim. 
 
"Aku memang tak sakit. Sakitku adalah rasa takut kepada Allah Yang Maha Mulia dan Maha Memberi. Takut membanggakan amal. Takut perhitungan amal. Takut kehilangan iman dari sanubariku. Takut dimasukkan ke dalam golongan yang menerima azab. Alangkah beruntung orang yang mati dengan membawa iman, lalu melangkahkan kakinya ke dalam surga," jawab Hazim
 
Kisah (2)
Raja yang Durhaka

Dikisahkan oleh Abu Bakar bin Abdullah al-Musani:
 
Hiduplah seorang raja yang durhaka kepada Tuhannya. Orang-orang kemudian melakukan perlawanan kepadanya hingga ia menyerah.
 
Mereka bertanya-tanya, "Dengan cara apa kita menghukum mati dia yang telah durhaka kepada Tuhannya?"
 
Terjadilah kesepakatan. Mereka memasukkan sang raja ke dalam bejana besar. Kepalanya ditutupi. Mereka menyalakan api di bawah bejana tersebut.
 
Ketika api semakin memanas, raja memanggil-manggil tuhannya. Tapi tuhan yang dipanggilnya itu bukanlah Allah.
 
"Wahai Latta, Hubal, Uza. Selamatkan aku! Aku selalu mengusap kepalamu, wahai Hubal; dan selalu melayanimu!" teriaknya.
 
Setiap ia meminta perlindungan, api semakin bertambah panas. Sadar bahwa apa yang ia sembah tak bisa menolong, ia putus asa. Lalu kembali kepada Allah.
 
Dari dalam bejana ia menyeru, "Laa ilaaha illallaah Muhammadur rasuulullaah...." 
 
Seketika itu Allah menurunkan hujan dari langit yang mampu memadamkan api. Angin bertiup sangat kencang dan menerbangkan bejana tersebut ke awang-awang. Ia terus mengucapkan kalimat itu, hingga bejana itu tak terlihat lagi oleh mata. Angin tersebut melemparkannya ke dalam satu kaum yang belum mengenal Allah Ta'ala.
 
Seketika kaum itu mengambil bejana tersebut dan membukanya, sang raja keluar.
 
"Siapakah engkau? Bagaimana ini bisa terjadi?" tanya mereka.
 
Sang raja menjawab, "Aku adalah seorang raja."
 
Lalu, ia menceritakan semua peristiwa yang ia alami, hingga kaum itu kemudian masuk Islam seluruhnya.
      edit

0 comments:

Post a Comment