Monday, June 22, 2020

Published June 22, 2020 by with 0 comment

Syarah Bulughul Maram (4)

Hadist No. 4:
 
وَعَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : إذَا كَانَ الْمَاءُ قُلَّتَيْنِ لَمْ يَحْمِلِ الْخَبَثَ، وَفِي لَفْظٍ لَمْ يَنْجُسْ. أَخْرَجَهُ الْأَرْبَعَةُ وَصَحَّحَهُ ابْنُ خُزَيْمَةَ وَالْحَاكِمُ وَابْنُ حِبَّانَ.
 
Dari Abdullah ibnu Umar radhiyallaahu 'anhuma bahwa Rasulullah shallallaahu 'alaihi wasallam bersabda: “Apabila air yang banyaknya telah mencapai dua qullah maka ia tidak mengandung najis.” Dalam suatu lafazh hadits: “Tidak najis”. Dikeluarkan oleh Imam Empat dan dinilai shahih oleh Ibnu Khuzaimah, Hakim, dan Ibnu Hibban.
 
Makna Hadits:
Berapa banyak Rasulullah shallallaahu 'alaihi wasallam memberi jawaban kepada orang yang bertanya kepada beliau dengan jawaban yang jelas dan tepat, agar menjadi pelita yang dapat digunakan sebagai petunjuk di sepanjang masa. Ini termasuk sabda yang memisahkan antara perkara yang hak dan yang batil, dan merupakan tanda kenabiannya.
 
Rasulullah shallallaahu 'alaihi wasallam pernah ditanya mengenai air yang ada di tengah padang pasir, maksudnya adalah air yang ada di dataran rendah dan tempat genangan air serta tempat selainnya. Air seperti itu biasanya tidak diketahui takaran dan jumlahnya, lalu Nabi shallallaahu 'alaihi wasallam menjelaskan bahwa air itu apabila jumlahnya mencapai dua qullah tidak mengandung najis. Artinya tidak menerima najis, bahkan najis itu tidak mempengaruhi kesuciannya.
 
Analisis Lafazh:
قُلَّتَيْنِ : bentuk tatsniyah dari lafazh qullah yang artinya wadah besar menurut buatan Hajar,[1] beratnya lebih kurang 500 kati Iraq atau setara dengan 446 tiga pertujuh kati Mesir, atau 93 sha’ 3 mud, atau 5 qirath Hijaz atau 10 shafihah.
 
لَمْ يَحْمِلِ الْخَبَثَ : tidak mengandung najis.
 
لَمْ يَنْجُسْ : tidak terkena najis, atau najis tidak dapat mempengaruhi kesuciannya.
 
Fiqh Hadits:
1. Bekas jilatan binatang atau hewan buas pada umumnya tidak lepas dari najis, sebab biasanya hewan buas apabila datang ke kolam untuk meminum air, ia menceburkan diri ke dalam kolam itu, lalu kencing di dalamnya, bahkan ada kalanya tubuh hewan tersebut tidak terlepas dari bekas kencing dan kotorannya.
 
2. Berdasarkan hadits ini, Imam al-Syafi’i dan Imam Ahmad membuat suatu ketetapan bahwa air banyak adalah air yang jumlahnya mencapai dua qullah dan tidak ada sesuatu pun yang membuatnya menjadi najis selama warna, bau atau rasanya tidak berubah.
 
Periwayat Hadits:
Abdullah ibn Umar ibn al-Khatthab al-Adawi, nama julukannya adalah Abu Abdurrahman al-Makki. Beliau masuk Islam sejak usia kanak-kanak pada saat di Mekah dan turut hijrah bersama ayahnya, Umar ibn al-Khatthab radhiyallahu ‘anhu.  Beliau ikut menyertai perang Khandaq serta Baiat al-Ridhwan. 
 
Hadits yang diriwayatkannya berjumlah 1.630. Putra-putranya mengambil riwayat hadits darinya. Mereka adalah Salim, Hamzah dan Ubaidillah. Demikian pula dengan tabi’in , banyak yang mengambil hadits darinya
 
Ibn Umar radhiyallahu ‘anhuma ini adalah seorang yang zuhud, wara’ dan seorang imam yang memiliki pengetahuan yang luas serta memiliki banyak pengikut. Beliau meninggal dunia di Mekah pada tahun 94 Hijriah dan dikebumikan di sana.
 
Imam Ahli Hadits yang Meriwayatkan:
Al-Hakim adalah imam para muhaqqiqin, julukannya Abu Abdullah, sedangkan nama aslinya adalah Muhammad ibn Abdullah al-Naisaburi dan dikenal dengan nama Ibn al-Bai’. Beliau lahir pada tahun 321 Hijriah. Ketika berusia 20 tahun, beliau berangkat ke Iraq, lalu melaksanakan ibadah haji. Setelah itu, beliau mengelilingi Khurasan dan negeri-negeri Asia Tengah. Beliau telah mendengar (hadits) dari sekitar dua ribu orang syaikh dan telah mengambil hadits dari Imam al-Daruquthni, Imam al-Baihaqi, dan banyak ulama yang lain. Beliau seorang yang bertakwa, taat dalam menjalankan ajaran agama dan mempunyai banyak karya tulis yang luar biasa. Di antara karya tulisnya adalah kitab al-Mustadrak dan Tarikh Naisabur. Beliau meninggal dunia pada tahun 405 Hijriah.
 
Ibn Hibban, gelarnya adalah al-Hafizh dan al-Allamah, julukannya Abu Hatim, sedangkan nama aslinya Muhammad ibn Hibban ibn Ahmad al-Busti. Beliau adalah salah seorang ahli fiqh terkemuka dan memiliki hafalan hadits yang kuat dan mengajar  fiqh di Samarqand. Imam al-Hakim mengambil hadits darinya. Imam al-Hakim mengatakan bahwa Ibn Hibban adalah lautan ilmu fiqh, berwibawa dalam menyampaikan khutbah, pakar bahasa dan seorang ulama yang berkharisma. Beliau meninggal dunia pada tahun 354 Hijriah dalam usia 80 tahun.


[1] Hajar adalah nama suatu tempat di daerah Bahrain, terkenal dengan gentong yang mereka jual ke Madinah, lalu penduduk Madinah meniru buatan mereka.
      edit

0 comments:

Post a Comment