Takhrij Hadits
Hadits ini diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam Musnad-nya, 3/296. Ibnu Katsir setelah menyebutkannya berkata, "Hadits ini di atas syarat Muslim, dan ia tidak tertulis di salah satu dari enam kitab (Kutubus Sittah)." Al-Bidayah wan Nihayah, 1/137. Al-Haitsami berkata, "Diriwayatkan oleh Bazzar dan Thabrani dalam Ausath. Lafazhnya ada di dalam surat Hud. Dan Ahmad meriwayatkan hadits senada. Rawi-rawi Ahmad adalah rawi-rawi hadits shahih." Majmauz Zawaid, 6/194.
Penjelasan
Allah Tabaraka wa Ta’ala
menceritakan kepada kita kisah Nabiyullah Shalih ‘Alayhis Salam dengan
kaumnya, Tsamud. Kisah ini berisi peristiwa dan kejadian yang jelas lagi terperinci. Kisah
ini tidak disinggung di Taurat, dan ahli kitab tidak mengetahui
berita tentang Tsamud (kaum Nabi Shalih) dan 'Ad (kaum Nabi
Hud). Padahal Al-Qur'an menyampaikan kepada kita bahwa Musa
menyebutkan dua umat ini kepada kaumnya "Dan Musa
berkata, 'Jika kamu dan orang-orang yang ada di muka bumi
semuanya mengingkari (nikmat Allah), maka sesungguhnya
Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji. Belumkah sampai
kepadamu berita orang-orang sebelum kamu (yaitu) kaum
Nuh, 'Ad, Tsamud dan orang-orang sesudah mereka. Tidak
ada yang mengetahui mereka selain Allah. Telah datang rasul-rasul kepada
mereka (membawa) bukti-bukti yang nyata, lalu mereka
menutupkan tangannya ke mulutnya (karena kebencian) dan
berkata, 'Sesungguhnya kami mengingkari apa yang
kamu disuruh menyampaikannya (kepada kami), dan sesungguhnya
kami benar-benar dalam keragu-raguan yang menggelisahkan
terhadap apa yang kamu ajak kami kepadanya'." (QS. Ibrahim: 8-9)
Seorang mukmin dari keluarga Fir'aun berkata, "Dan
orang yang beriman itu berkata, 'Hai kaumku, sesungguhnya aku khawatir kamu
akan ditimpa (bencana) seperti peristiwa kehancuran golongan yang bersekutu. (Yakni) seperti keadaan kaum Nuh, 'Ad,
Tsamud." (QS.
Ghafir: 30-31)
Kitab-kitab sunnah memberitakan kepada kita
bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam melewati kampung Tsamud yang bernama
Hijr pada perjalanannya menuju perang Tabuk. Beliau singgah bersama para sahabat di perkampungan mereka. Para sahabat
mengambil air dari sumur-sumur di mana Tsamud mengambil air
darinya. Dengan air itu mereka membuat adonan roti, sementara
bejana telah disiapkan di atas api. Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam memerintahkan agar bejananya ditumpahkan dan
adonannya diberikan kepada unta. Kemudian beliau meneruskan perjalanan sampai di sumur di mana unta Nabi Shalih
minum darinya. Dan beliau melarang para sahabat untuk masuk
ke daerah suatu kaum yang diazab kecuali dalam keadaan menangis. Beliau pun menjelaskan alasannya, "Aku khawatir
kalian akan tertimpa oleh apa yang menimpa mereka."[1]
Apabila manusia berada di suatu tempat di mana telah terjadi peristiwa besar, baik pada masa itu atau sebelumnya, maka perhatian mereka tertuju kepada peristiwa tersebut. Apabila ia seorang da’i kepada Allah, maka dia bisa memanfaatkan peluang untuk mengingatkan manusia dengan apa yang telah menimpa orang-orang terdahulu, memperingatkan mereka agar tidak melakukan apa yang telah mereka lakukan dan tidak berjalan di atas jalan mereka.
Inilah yang dilakukan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Beliau menyampaikan kepada mereka tentang apa yang telah Allah sampaikan kepadanya. Beliau menunjukkan jalan di mana unta Nabi Shalih datang darinya menuju sumur, dan jalan di mana darinya unta itu meninggalkan sumur. Nabi juga memberitahu mereka bahwa unta Nabi Shalih berbagi air dengan kaum Nabi Shalih pada hari di mana ia mendatangi sumur dan minum darinya. Pada hari berikutnya ia tidak minum apa pun. "Ia mempunyai giliran untuk mendapatkan air dan kamu mendapatkan giliran pula untuk mendapatkan air pada hari tertentu." (QS. Asy-Syuara: 155). "Dan berikan kepada mereka bahwa sesungguhnya air itu terbagi antara mereka dengan unta betina itu, tiap-tiap giliran minum dihadiri oleh yang punya hak giliran." (QS. Al-Qamar: 28).
Di antara keunikan unta Nabi Shalih yang disampaikan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam adalah, bahwa kaum Nabi Shalih memerah susunya dalam kadar sekehendak mereka. Maka air yang diminum oleh unta pada hari gilirannya tergantikan oleh susunya yang melimpah, dan mereka mendapatkannya tanpa lelah dan capek. Walaupun Tsamud telah mengambil keuntungan besar dari unta Shalih, tetapi mereka tetap merasa sempit dan membenci keberadaannya di antara mereka. Maka mereka menyembelihnya.
Al-Qur'an telah menyatakan bahwa pembunuh unta
ini adalah orang tercelaka di kalangan Tsamud, "Ketika bangkit orang
yang paling celaka di antara mereka, lalu Rasulullah berkata kepada mereka,
'Biarkanlah unta betina Allah dan minumannya'. Lalu mereka mendustakannya dan
menyembelihnya." (QS. Asy-Syams: 12-14). Rasulullah telah
menjelaskan kepada kita tentang pembunuh unta itu di dalam salah satu hadits,
bahwa dia adalah laki-laki merah. Rasulullah
shallallahu
‘alaihi wasallam telah bersabda kepada Ali dan Ammar, "Maukah kalian berdua aku beritahu siapa orang yang paling celaka dari dua orang
laki-laki?" Kami menjawab,
"Ya, ya Rasulullah." Nabi shallallahu ‘alaihi
wasallam bersabda, "Seorang laki-laki berkulit merah di kalangan Tsamud pembunuh unta dan orang yang memukulmu,
ya Ali, di sini (ubun-ubunnya) hingga basah oleh darah
– yakni jenggotnya."[2]
Dalam hadits lain Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam menyatakan bahwa dia adalah pembesar kaumnya. Di dalam Shahihain,
'Ketika bangkit orang yang paling celaka', Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam
bersabda, "Bangkitlah seorang laki-laki yang
kotor, busuk, perusak, mulia di antara kaumnya seperti
Abu Zam'ah."[3]
Manakala mereka menyembelihnya, Shalih, Nabi mereka, menjanjikan
siksa setelah tiga hari. Dia berkata kepada mereka, "Mereka
membunuh unta itu, maka berkata Shalih, 'Bersukarialah
kamu sekalian di rumahmu selama tiga hari, itu adalah
janji yang tidak didustakan." (QS.
Huud: 65)
Pada hari ketiga datangnya azab berupa suara yang menggelegar.
"Jika mereka berpaling, maka katakanlah, 'Aku telah
memperingatkan kamu dengan petir, seperti petir yang menimpa
kaum 'Ad dan kaum Tsamud." (QS.
Al-Fushshilat: 13). "Dan adapun kaum Tsamud, maka mereka telah Kami beri
petunjuk, tetapi mereka lebih menyukai buta (kesesatan) dari petunjuk itu. Maka mereka disambar petir, azab yang menghinakan
lantaran apa yang telah mereka kerjakan." (QS. Fushshilat: 17)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah memberitahukan kepada kita bahwa suara menggelegar itu telah membinasakan semua yang ada di bumi dari kabilah itu, tanpa ada beda antara yang tinggal di daerahnya atau sedang bepergian ke daerah lain yang jauh. Tidak ada yang selamat kecuali seorang laki-laki dari kalangan mereka yang pada waktu itu sedang berada di Haram. Haram melindunginya dari azab. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah menyebutkan namanya, orang itu dipanggil dengan nama Abu Righal. Akan tetapi, dia pun tertimpa apa yang menimpa kaumnya begitu dia keluar dari Haram.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memperingatkan para sahabat agar tidak meminta datangnya ayat-ayat (mukjizat) seperti kaumnya Nabi Shalih, karena ditakutkan mereka akan mendustakannya lalu mereka binasa seperti kaum Nabi Shalih.
والله أعلم بالصواب
0 comments:
Post a Comment