Saturday, August 15, 2020

Published August 15, 2020 by with 0 comment

Rusaknya Hati dan Lisan

Sayidina Abu Bakar Ash-Shiddiq ra ketika menafsirkan firman Allah:

ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ - الروم: ٤١

"Telah tampak kerusakan di daratan dan di lautan..." (QS. Ar-Rum: 41)

Beliau berkata:

الْبَرُّ هُوَ اللِّسَانُ، وَالْبَحْرُ هُوَ الْقَلْبُ؛ فَإِذَا فَسَدَ اللِّسَانُ بَكَتْ عَلَيْهِ النُّفُوْسُ، وَإِذَا فَسَدَ الْقَلْبُ بَكَتْ عَلَيْهِ الْمَلاَئِكَةُ

"Daratan adalah lisan, sedangkan lautan maksudnya adalah hati; apabila lisan rusak maka orang-orangpun akan menangisinya, sedang bila hati yang rusak maka malaikat menangisinya." 

Rusaknya lisan itu di antara bentuknya adalah memaki, sedangkan di antara bentuk rusaknya hati adalah bersikap riya (pamer).

Ada yang mengatakan:

الحكمة فى أن اللسان واحد تنبيه للعبد فى أنه لا ينبغى أن يتكلم إلاّ فيما يهمّه وفى خيرٍ

Hikmah ditetapkannya lisan seseorang itu hanya satu adalah sebagai pengingat agar tidak berbicara kecuali dalam masalah yang dirasa penting dan baik.

Ada pula yang berkata:

لأنّ اللسان الذاكر بكل لغات كان ذكره للمذكور الواحد وهو الله تعالى، وكذلك القلب بخلاف نحو العين والأذن فإنه يتعدّد، قيل لأن الحاجة إلى السمع والبصر أكثر من الحاجة إلى الكلام اه. وإنما شبّه القلب بالبحر لشدة عُمْقه واتساعه

Bahwasanya lisan yang bisa berbicara dengan berbagai bahasa itu seharusnya hanya menuju kepada Dzat Yang Maha Tunggal, yaitu Allah Ta'ala. Demikian pula hati, juga diciptakan hanya satu; hal ini berbeda dengan mata, telinga dan yang lainnya, yang diciptakan berbilang (lebih dari satu). Hal ini dikarenakan keperluan untuk mendengar dan melihat lebih banyak daripada keperluan berbicara. Adapun hati disamakan dengan lautan karena sama-sama sangat dalam dan luas.

والله أعلم بالصواب

      edit

0 comments:

Post a Comment