Sedangkan dampak batiniahnya adalah tertutupnya qalbu, kerasnya watak nafsu, senangnya jiwa menuruti syahwat, tidak nikmatnya ketaatan, redupnya cahaya hati, berkuasanya hawa nafsu, serta munculnya keragu-raguan, kealpaan terhadap tempat kembali, kelalaian untuk menghisab diri, dan kerasnya siksa di hari nanti.
Perubahan nama dan julukan pada seseorang yang melakukan maksiat seharusnya sudah cukup untuk menjauhkan seseorang dari maksiat. Bila menjalankan ketaatan, engkau disebut muhsin (orang yang berbuat baik), sedangkan bila berpindah pada perbuatan maksiat sebutanmu berganti menjadi musi’ dan mu‘ridh (orang yang berbuat jahat dan orang yang ingkar). Ini baru pergantian nama dan sebutan. Lalu bagaimana dengan perubahan pengaruh dan dampaknya? Ia mengganti manisnya taat dengan manisnya maksiat, mengganti nikmatnya ibadah dengan nikmatnya syahwat. Ini baru pergantian dampak dan pengaruh, bagaimana lagi dengan pergantian sifat? Setelah di sisi Allah engkau digambarkan memiliki sifat-sifat mulia, maka ia berbalik memiliki sifat-sifat tercela.
Lalu bagaimana pula dengan pergantian martabat dan kedudukan? Tadinya engkau tergolong sebagai orang shālih, kini menjadi orang-orang rusak. Tadinya engkau termasuk orang bertaqwā, kini menjadi orang fasik.
Bila dosa dan maksiat begitu terbuka di depanmu dan begitu mudah untuk kau lakukan, berlindunglah pada Allah, Tuhan Yang Maha Esa. Teteskanlah air mata penyesalan, minumlah cawan kesedihan, taburkanlah debu di atas kepalamu, nyaringkan tangisanmu di depan Sang Kekasih, serta bermunājatlah kepada Allah di keheningan malam, lalu ucapkan: ‘Wahai Tuhanku, pindahkan aku dari hinanya maksiat kepada kemuliaan taat!” Sesudah itu, bergabunglah di majelis-majelis para ‘ālim ‘ulamā’ dan orang-orang shālih, kunjungilah kuburan mereka yang telah mati, perbanyaklah membaca al-Qur’ān, bersedekahlah kepada fakir miskin, dan sering-seringlah berdoa dengan membaca: “Allāhumma irhamnī yā arham-ar-rāhimīn (Ya Allah, Yang Maha Pengasih, kasihilah aku)”.
Saat melakukan maksiat, imanmu ibarat matahari yang sedang terkena gerhana atau seperti lampu penerang yang kau tutupi dengan kain penutup berwarna hitam. Dengan begitu walaupun sinarnya ada, tetapi tak tampak karena terhalang oleh penutup tadi. Demikian pula dengan kondisi imanmu. Ia ada dalam qalbu, tetapi tertutupi maksiat dan dosa. Allah berfirman: “Tidak, janganlah berbuat demikian! Hati mereka telah kotor karena perbuatan yang mereka lakukan.” (QS. al-Muthaffifīn [83]: 14). Dalam ayat lain, Allah berfirman: “Siapa yang melakukan dosa dan dosanya itu kemudian mengelilinginya, maka ia termasuk calon penghuni neraka. Ia kekal di dalamnya.” (QS. al-Baqarah [2]: 81).
Wallahu a'lam
0 comments:
Post a Comment