Monday, February 1, 2021

Published February 01, 2021 by with 0 comment

Perumpamaan Bagi Pelaku Maksiat

Orang yang melakukan maksiat sama seperti kumbang yang hidup di kotoran. Jika ada bunga mawar di dekatnya ia bisa mati karena tidak tahan dengan aromanya. Sebagian manusia mempunyai perhatian seperti kumbang tadi atau berpikiran seperti kupu-kupu. Kupu-kupu sering kali terbang menceburkan dirinya ke api sehingga terbakar. Demikian pula denganmu wahai ahli maksiat. Engkau melemparkan diri ke api maksiat secara sengaja sehingga api maksiat tersebut memakan amal-amal perbuatan baikmu. Karena itu, Allah melarang kita melakukan hal tersebut. Allah berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَائِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ

“Wahai orang-orang beriman, jagalah diri dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan bebatuan; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar dan keras, yang tak pernah mendurhakai perintah Allah serta selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (QS. at-Tahrīm [66]: 6)

Wahai manusia, mengapa engkau makan hanya untuk hidup dan engkau hidup hanya untuk makan. Kalau cuma itu arah dan tujuan hidupmu, berarti engkau tidak jauh berbeda dengan tempat makan hewan, bahkan dengan hewannya sendiri engkau mempunyai banyak kesamaan. Sebab hewan hidup di dunia ini untuk makan, bekerja, beristirahat dan tidur. Alangkah ruginya kalau umur hanya disia-siakan untuk itu saja.

Ketahuilah, kuda yang paling cepat adalah kuda yang kurus. Karena itu, hendaknya engkau bertekad: “Malam ini aku tidak boleh banyak makan agar badanku ringan untuk ibadah.” Kalau ada makanan, selalu engkau mendatanginya seolah-olah ia kekasih yang lama tak jumpa sehingga akhirnya pencernaanmu pun menjadi sakit.

Ketika Allah tak menghendaki kebaikan bagi seseorang
Semua nasihat dan petuah untuknya menjadi sia-sia.

Allah berfirman: 

وَمَنْ يُرِدِ اللَّهُ فِتْنَتَهُ فَلَنْ تَمْلِكَ لَهُ مِنَ اللَّهِ شَيْئًا

“Siapa yang hendak Allah sesatkan, engkau pun tak mungkin bisa mengelakkan apa pun yang datang dari Allah.” (QS. al-Mā’idah [5]: 41).

Engkau sungguh berada dalam kehinaan. Seringkali kau rendahkan dan kau campakkan dirimu pada tempat kebinasaan. Engkau perosokkan dirimu dengan maksiat dan perbuatan dosa.

Wahai hamba Allah, betapa engkau sangat menjaga dan memelihara tubuhmu, sementara agama bagimu begitu sepele. Seandainya ada yang berkata bahwa makanan ini mengandung racun pasti engkau menjauhinya walaupun ia sangat lezat. Bahkan, kalaupun mereka bersumpah bahwa makanan tadi tidak beracun, engkau tetap akan menghindarinya dan tidak mempercayai mereka. Lebih dari itu, walau tempat makanan beracun tadi telah dicuci berkali-kali lalu didekatkan kepadamu, engkau masih merasa risih dan tak mau mengambil makanan dari tempat tersebut. Mengapa sikap semacam itu tidak kau terapkan pada agamamu? Dengan demikian engkau menjaganya seperti menjaga tubuhmu, serta menjauhkannya dari racun maksiat dan dosa.

Siapa melanggar perintah-perintah Allah, niscaya kedudukannya sangat hina di sisi-Nya. Siapa berani melakukan dosa kecil, pasti akan jatuh ke dalam dosa besar. Orang yang meremehkan dosa kecil, maka sikapnya itu  akan menggiringnya untuk melakukan dosa besar.

Allah berfirman: 

وَلَا تَقْرَبُوا الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ

“Janganlah kalian mendekati perbuatan-perbuatan yang keji, baik yang tampak maupun yang tersembunyi.” (QS. al-An‘ām [6]: 151). 

Ketahuilah bahwa perbuatan maksiat bisa mengotori dan melemahkan agama seseorang, serta mengurangi kualitasnya. Rasūlullāh Saw bersabda: “Perbaruilah iman kalian!” Kemudian ada yang bertanya: “Wahai Rasūlullāh, bagaimana caranya kami memperbarui iman?” Beliau pun menjawab: “Perbanyaklah membaca lā ilāha illā Allāh.” (HR Imam Ahmad dan ath-Thabrānī).

Hadits tersebut menunjukkan bahwa jika seorang mu’min lalai untuk mengingat Allah lalu terjerumus ke dalam maksiat, maka debu maksiat tersebut akan menempel pada imannya. Imannya terlumuri noda maksiat dan melemah akibat perbuatan dosa. Tentu saja tidak setiap kotoran bisa dibersihkan dengan air. Ada kotoran yang baru bisa bersih dengan api, seperti kotoran yang menempel di emas. Demikian pula dengan orang-orang yang bermaksiat. Apabila meninggal tanpa sempat bertobat, mereka tidak bisa masuk ke dalam surga kecuali kalau sudah dibersihkan oleh api neraka.

Seandainya manusia mengetahui pengaruh dan akibat dosa, entah di dunia maupun di akhirat, pastilah ia sangat malu kepada Tuhannya. Ia akan berlari meninggalkan dosa itu sebagaimana ia lari meninggalkan serangan penyakit berbahaya. Andaikata ia meyakini bahwa dirinya ada dalam genggaman Tuhan, tak mungkin ia menghadap Tuhannya dengan membawa maksiat. Maksiat itu hanya terjadi kalau ia lalai dan hatinya buta. Siapa mengetahui hakikat iman, niscaya menjauhi dosa.

Wallahu a'lam bish-showab

      edit

0 comments:

Post a Comment