Thursday, January 14, 2021

Published January 14, 2021 by with 0 comment

Mendekati Allah untuk Mencinta

Wahai hamba Allah, sering kali engkau menunjukkan rasa cinta dan kedekatanmu pada makhlūk. Tetapi, engkau sangat jarang menunjukkan rasa cinta pada Allah Swt. Seandainya dibukakan bagimu pintu untuk mencintai Allah, pasti engkau akan menyaksikan berbagai keajaiban dan mendapat ridha-Nya. Rasa cinta kepada Allah dapat dibuktikan dengan menunjukkan ketaatan pada-Nya, melaksanakan shalat dua rakaat di malam hari, membaca al-Qur’ān, menjenguk orang sakit, menyalatkan jenazah, bersedekah kepada kaum fakir miskin, membantu saudara muslim lainnya, mengadakan kegiatan yang baik, menyebarkan ilmu, ataupun membuang duri dari jalan.

Pedang tak bisa dipakai berperang kecuali dengan bantuan lengan yang kuat. Demikian pula amal shalih. Ia membutuhkan seorang mukmin yang ikhlas dalam mengerjakannya. Ibadah paling ringan yang bisa kau pakai guna menunjukkan rasa cinta kepada Allah adalah berdzikir secara tulus. Sebab, dzikir itu bisa dikerjakan meskipun oleh orang yang sudah tua, oleh orang sakit yang tak bisa berdiri, rukuk dan sujud, oleh pekerja yang sibuk dengan tugasnya, ataupun oleh orang malas yang sedang berbaring di tempat tidurnya. Allah berfirman:

فَإِذَا قَضَيْتُمُ الصَّلَاةَ فَاذْكُرُوا اللَّهَ قِيَامًا وَقُعُودًا وَعَلَىٰ جُنُوبِكُمْ

“Apabila kalian telah menunaikan shalat, berdzikirlah kepada Allah dalam keadaan berdiri, duduk ataupun berbaring.” (QS. an-Nisa' [4]: 103).

Ketahuilah bahwa siapa yang mengarahkan cintanya pada Allah, Allah juga akan menebarkan kemurahan padanya: “Orang-orang yang berbuat baik akan mendapat kebaikan (yang setara) pula bahkan melebihi.” Tetapi, aneh bila seseorang lebih bersahabat dan lebih mencintai hawa nafsunya – padahal ia merupakan sumber malapetaka – ketimbang bersahabat dan mencintai Allah. Padahal Allah merupakan sumber kebaikan. Siapa yang benar-benar ingin berjalan menuju Allah, hendaknya mempunyai tekad yang kuat.

Bila muncul pertanyaan, bagaimana caranya “bersahabat” dengan Allah? Jawabannya, bersahabat dengan siapa pun ada kiatnya. Bersahabat dengan Allah adalah dengan mengerjakan perintah-Nya, menghindari larangan-Nya, dan bertawakkal kepada-Nya dalam setiap urusan. Bersahabat dengan kedua malaikat (Raqib dan ‘Atid) adalah dengan mendiktekan berbagai amal kebaikan. Bersahabat dengan al-Qur’an dan Sunnah adalah dengan mengamalkan isinya. Bersahabat dengan langit adalah dengan merenungkannya. Serta bersahabat dengan bumi adalah dengan mengambil pelajaran dari yang ada di dalamnya. Persahabatan tidak harus dengan melihat dan menyaksikan.

Jadi, makna persahabatan dengan Allah adalah bersahabat dengan semua karunia dan nikmat-Nya. Bersahabat dengan nikmat-Nya adalah bersyukur. Bersahabat dengan ujian-Nya adalah bersabar. Bersahabat dengan perintah-Nya adalah menghormati dan menunaikan. Bersahabat dengan larangan-Nya adalah menjauhi. Bersahabat dengan ketaatan adalah bersikap ikhlas. Dan bersahabat dengan al-Qur’an adalah merenungkan. Kalau seorang hamba melakukan hal itu, berarti ia telah menjalin persahabatan dengan Allah. Bila persahabatan terwujud, kedekatan pun akan didapat.

Oleh karena itu, wahai saudaraku jangan sampai matahari terbit lagi sementara engkau belum memperlakukan Allah sebagaimana teman yang tulus, setia dan cinta. Oleh karena itu, bersedekahlah setiap hari walaupun dengan seperempat dirham sehingga Allah mencatatkanmu dalam kelompok orang yang senang bersedekah. Bacalah al-Qur’an setiap hari walaupun hanya satu ayat agar Allah mencatatkanmu dalam kelompok orang yang senang membacanya. Serta lakukanlah shalat malam walaupun hanya dua raka‘at agar Allah mencatatmu dalam kelompok orang yang senang mengisi malam (qiyām-ul-lail).

Jangan sampai berbuat salah dengan berkata: “Bagaimana mungkin orang yang mempunyai makanan pas-pasan akan bersedekah?” Allah berfirman: 

لِيُنْفِقْ ذُو سَعَةٍ مِنْ سَعَتِهِ ۖ وَمَنْ قُدِرَ عَلَيْهِ رِزْقُهُ فَلْيُنْفِقْ مِمَّا آتَاهُ اللَّهُ ۚ لَا يُكَلِّفُ اللَّهُ نَفْسًا إِلَّا مَا آتَاهَا ۚ سَيَجْعَلُ اللَّهُ بَعْدَ عُسْرٍ يُسْرًا

“Hendaklah orang yang mampu, memberi infaq menurut kemampuannya. Adapun orang yang terbatas rezekinya, hendaklah mengeluarkan infak dengan apa yang Allah berikan. Allah tak memaksa seseorang kecuali sesuai kadar kemampuannya. Kelak Allah akan memberi kemudahan seusai kesulitan.” (QS.ath-Thalāq [65]: 7).

Orang miskin yang diberi sedekah tak ubahnya seperti sosok yang sedang membantumu membawa perbekalanmu menuju akhirat. Oleh karena itu, mintalah mereka untuk membawakannya agar pada hari kiamat engkau bisa mendapatkannya.

Kadangkala seseorang dikirim untuk memberimu berbagai nikmat. Hanya saja, engkau sedang bingung, tidak sadar dan tidak bersyukur. Engkau seperti bayi dalam buaian yang setiap kali diayun ia tertidur. Sebab, setiap kali ditambah rezekimu, engkau tambah berpaling. Andaikata seorang penguasa mengirim baju untukmu, mungkin engkau hanya berterima kasih dan memujinya. Oleh karena itu, engkau harus cepat berpindah kepada Tuhan yang telah menganugerahkan segala kenikmatan. Tinggalkanlah mereka yang tak sanggup memberi manfaat kepada yang lain.

Wallahu a'lam bish-shawab

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

      edit

0 comments:

Post a Comment