Wahai saudaraku, janganlah engkau keluar dari dunia ini dalam keadaan tidak pernah mencicipi manisnya cinta kepada Allah dan nikmatnya ketaatan. Manisnya cinta tidak terdapat dalam makanan atau minuman. Sebab, hal seperti itu dapat dirasakan juga oleh orang kafir maupun binatang melata. Namun, manisnya cinta itu baru dapat kau rasakan ketika engkau mengabdi dan menaati-Nya, mengerjakan perintah-Nya, menjaga aturan-aturan-Nya, mengorbankan jiwa, harta dan anak untuk membela agama-Nya, mempertahankan syarīat-Nya, serta terus-menerus mengingat-Nya. Dengan begitu, engkau akan ikut serta bersama para malaikat yang suci dalam mengabdi, menaati, dan mengkhusyū‘kan hati pada-Nya.
Ketahuilah bahwa ruhani yang suci ibarat baju putih yang bersih. Ia hanya ternodai oleh cipratan nafsu. Apabila sudah terperosok ke dalam larangan dan keburukan dunia, ia takkan bisa menghampiri Tuhan dan tak bisa merasakan nikmatnya cinta pada-Nya. Pasalnya, Allah tak bisa didekati oleh mereka yang berlumuran dengan kotoran maksiat. Karena itu, bersihkan qalbumu dari aib, niscaya Allah membukukan pintu kegaiban.
Wahai saudaraku, andai saja engkau menaati Majikanmu dan melaksanakan semua perintah-Nya sebagaimana budak menaati dan melaksanakan perintah tuannya. Dalam keadaan tersebut, pasti sang tuan menyenangi budaknya karena ia taat dan melayaninya secara konsisten tanpa pernah membangkang. Tetapi, mengapa engkau tidak bersikap demikian pada Majikan atau Tuhanmu. Engkau merasa berat untuk taat, enggan beribadah, asal-asalan dalam mengabdi, dan ingin cepat-cepat selesai.
Bagaimana andaikata penglihatan yang kau pakai untuk melihat keindahan makhluk – tidak untuk melihat aib dirimu sendiri – diganti dengan kebutaan. Allah berfirman: “Adapun orang yang melampaui batas dan mementingkan kehidupan dunia, maka sungguh neraka jahimlah tempatnya.” (QS. an-Nazi'at [79]: 37-39).
Ketahuilah bahwa di antara kemurahan Allah padamu, Dia telah menyingkap aib dirimu sendiri, sehingga dengan demikian engkau bisa mengenali, menghindari dan menutupinya dari pandangan manusia. Sementara mereka tak mengetahuinya sehingga Allah tak mempermalukanmu di hadapan makhluk-Nya. Apabila Allah telah mencintaimu, Dia akan membuat para sahabatmu berpaling darimu sehingga engkau pun tidak sibuk dengan mereka. Selain itu, Dia juga akan memutuskan hubunganmu dengan makhluk agar engkau kembali kepada-Nya dengan segenap perasaan dan hati yang khusyu'. Seringkali dirimu diminta untuk taat, tetapi hatimu senantiasa merasa berat karena memang tidak mencintai ketaatan. Karena itu, yang pertama kali harus kau lakukan adalah mengobati qalbumu. Apabila telah sembuh, nikmat cinta pun akan datang dengan sendirinya. Manisnya maksiat yang dulu dirasakan akan ditemukan pada ketaatan. Allah berfirman:
وَلَٰكِنَّ اللَّهَ حَبَّبَ إِلَيْكُمُ الْإِيمَانَ وَزَيَّنَهُ فِي
قُلُوبِكُمْ وَكَرَّهَ إِلَيْكُمُ الْكُفْرَ وَالْفُسُوقَ وَالْعِصْيَانَ ۚ
أُولَٰئِكَ هُمُ الرَّاشِدُونَ
“Namun Allah telah membuatmu senang kepada iman dan Dia menjadikan iman itu indah dalam hatimu. Allah juga membuatmu benci kepada kekufuran, kefasiqan, dan maksiat. Mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS. al-Hujurat [49]: 7).
Wahai saudaraku, apabila engkau sudah lemah dalam beribadah, hiasilah ibadah tersebut dengan rasa takut, tunduk, tangis dan hina di hadapan Allah dalam shalatmu. Siapa yang menyadari bahwa dirinya sebentar lagi akan meninggalkan dunia, pastilah ia bergegas menyiapkan bekal. Siapa yang menyadari bahwa kebaikan orang lain tak sanggup menolong, pastilah bersungguh-sungguh dalam mengerjakan kebaikan. Siapa yang berbelanja tanpa perhitungan pastilah akan mengalami kerugian. Padahal usia adalah modal berharga. Anggota badan yang kering dari ketaatan hanya akan patah seperti pohon yang sudah kering, ia hanya layak dibakar. Jika cerdas dan pintar, engkau tentu akan lebih memperhatikan hak-hak Allah ketimbang keinginan dirimu sendiri. Rasulullah Saw bersabda: “Tiga hal yang siapa mengalaminya niscaya ia merasakan manisnya iman: 1). Allah dan Rasul-Nya lebih ia cintai dari yang lain; 2). Mencintai seseorang karena Allah; 3). Benci untuk kembali kepada kekufuran sebagaimana ia benci untuk dilemparkan ke api neraka.” (HR Imam al-Bukhari dari Anas ra).
Ketahuilah bahwa bila engkau mendapat pertolongan Allah, ketaatan yang sedikit pun akan bermanfaat, sedangkan bila engkau tidak mendapat pertolongan-Nya ketaatan yang banyak pun takkan berguna. Jikalau hijab terbuka, engkau akan menyadari bahwa segala sesuatu sedang bertasbih kepada Allah: “Langit yang tujuh dan bumi beserta isinya bertasbih kepada-Nya. Sungguh segala sesuatu bertasbih dengan memuji-Nya. Hanya saja kalian tak memahami tasbih mereka. Dia Maha Pemurah lagi Maha Pengampun.” (QS. al-Isra’ [17]: 44). Namun celakanya, kekurangan dan ḥijab itu justru berasal darimu. Karena itu, tak ada yang patut dicela kecuali dirimu sendiri.
Wallahu a'lam bish-showab
0 comments:
Post a Comment