ثُمَّ تَابَ عَلَيْهِمْ لِيَتُوبُوا ۚ إِنَّ اللَّهَ هُوَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ
“Kemudian Allah menerima taubat mereka supaya mereka tetap dalam taubatnya. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.” (QS. at-Taubah [9]: 118).
Apabila engkau telah berbuat dosa selama 70 tahun, lalu engkau bertaubat pada satu waktu, maka terhapuslah dosa-dosamu selama itu. Rasūlullāh Saw bersabda: “Orang yang bertaubat dari dosa seperti orang yang tak mempunyai dosa.” (HR Ibn Mājah dan Ath-Thabrānī).
Ketika seorang mukmin mengingat dosanya ia akan bersedih, sementara setiap kali mengingat amal ketaatannya ia bergembira. Luqmān al-Hakīm pernah berkata: “Seorang mukmin mempunyai dua qalbu. Yang satu berharap, yang satunya lagi merasa cemas. Di satu sisi ia berharap amalnya diterima, di sini lain cemas kalau-kalau amalnya ditolak.” Allah berfirman:
وَالَّذِينَ يُؤْتُونَ مَا آتَوْا وَقُلُوبُهُمْ وَجِلَةٌ أَنَّهُمْ إِلَىٰ رَبِّهِمْ رَاجِعُونَ
“Orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka berikan, dengan hati yang cemas, (karena mereka tahu bahwa) sesungguhnya mereka akan kembali kepada Tuhan mereka.” (QS. al-Mu’minūn [23]: 60).
Ada yang berpendapat bahwa seandainya rasa cemas seorang mukmin ditimbang dengan harapannya, niscaya akan seimbang. Siapa yang ingin qalbunya bersambung kepada Allah hendaknya ia melakukan semua perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya.
Wahai mukmin, basuhlah qalbumu dengan menyesali kesempatan yang telah hilang. Siapa yang melakukan maksiat dan terjerumus ke dalam perbuatan haram, meskipun ia menceburkan diri ke tujuh lautan tetap takkan bersih darinya. Kecuali, bila ia bertaubat secara tulus kepada Allah.
Seseorang bertanya kepada Rābi‘ah al-Adawiyah: “Aku telah sering berbuat dosa dan menjadi semakin tidak taat. Tetapi, apabila aku bertaubat, akankah Allah mengampuninya?” Rābi‘ah menjawab: “Tidak. Tetapi apabila Dia mengampunimu, maka engkau akan bertaubat.”
Wahai manusia, apakah engkau mengiira obat yang engkau telan terasa manis? Jika engkau tidak bisa menahan pahitnya, engkau takkan mendapat kesembuhan. Oleh karena itu, segeralah bertaubat dan jangan menoleh pada manisnya maksiat. Apabila hawa nafsumu mulai condong pada syahwat, harta, jabatan, dan pujian orang, hendaknya engkau bergegas lari menuju Allah dan memohon pertolongan-Nya, pasti Dia akan menyelamatkanmu. Allah berfirman:
فَفِرُّوا إِلَى اللَّهِ ۖ إِنِّي لَكُمْ مِنْهُ نَذِيرٌ مُبِينٌ
“Maka segeralah kembali kepada (menaati) Allah. Sesungguhnya aku (Muhammad) seorang pemberi peringatan yang nyata untuk kalian.” (QS. adz-Dzāriyāt [51]: 50).
Jika engkau ditanya, siapakah orang mukmin itu, jawablah bahwa orang mukmin adalah yang bisa melihat aib dirinya lalu berusaha mengobatinya serta tidak menuduh orang lain memiliki aib. Jika engkau ditanya, siapakah orang yang hina, katakan bahwa orang yang hina adalah yang menuduh orang lain bersalah serta merasa dirinya benar. Rasūlullāh Saw bersabda: “Berbahagialah orang yang sibuk dengan aibnya sendiri sehingga lupa dengan aib orang lain.”
Wahai saudaraku, hendaknya engkau konsisten dalam bertaubat. Jika taubatmu diterima – yang tandanya engkau merasa lapang ketika melakukan ketaatan serta cenderung pada negeri akhirat – bergembiralah dan bersyukurlah kepada Allah atas karunia-Nya. Namun, jika taubatmu belum diterima – yang tandanya engkau masih menikmati maksiat dan masih merasa senang dengannya – minta tolonglah kepada Allah dan ucapkanlah:
رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ
“Wahai Tuhan, kami telah menganiaya diri kami sendiri. Jika Engkau tidak mengampuni dan tidak menyayangi kami, pastilah kami termasuk golongan orang-orang yang rugi.” (QS. al-A‘rāf [7]: 23).
Wahai hamba, masukilah jalan yang bisa membuatmu dekat kepada Allah. Basuhlah qalbumu dengan menyesali dosa di masa lalu. Dengan begitu, mudah-mudahan engkau termasuk dalam golongan orang yang bertaubat dan didekatkan kepada surga yang penuh nikmat. Allah berfirman:
“Surga itu didekatkan dan tidak jauh dari orang-orang yang bertakwa. Inilah janji Allah bagi setiap hamba yang patuh kepada Allah dan memelihara kewajiban. Yaitu yang takut kepada Allah walaupun tidak melihat-Nya dan datang menghadap Allah dengan hati yang sangat khusyuk. Masukilah surga itu dengan damai. Itulah kehidupan yang kekal. Di dalamnya mereka bisa memperoleh apa saja yang mereka kehendaki dan di sisi Kami terdapat tambahannya.” Qāf [50]: 31-35).
Wallahu a'lam
0 comments:
Post a Comment