“Apabila Tuhan membukakan bagimu suatu jalan untuk ma‘rifat (mengenal-Nya), maka jangan hiraukan soal amalmu yang masih sedikit. Sebab Tuhan tidak membukakannya, melainkan Ia akan memperkenalkan diri kepadamu. Tidakkah kau ketahui bahwa ma‘rifat itu semata-mata pemberian karunia Allah kepadamu, sedangkan amal perbuatanmu adalah hadiah darimu untuk-Nya, maka di manakah letak perbandingannya antara hadiahmu dengan pemberian karunia Allah kepadamu.”
Ketahuilah wahai murīd, bahwasanya ma‘rifat billāh adalah akhir atau puncak dari segala tujuan dan harapan, oleh karena itu, Syaikh berkata:
إِذَا فُتِحَ لَكَ وِجْهَةٌ مِنَ التَّعَرُّفِ فَلَا تُبَالِ مَعَهَا إِنْ قَلَّ عَمَلُكَ
“Apabila Tuhan membukakan bagimu suatu jalan untuk ma‘rifat (mengenal-Nya), maka jangan hiraukan soal amalmu yang masih sedikit.”
Jika pintu ma‘rifat sudah dibukakan untukmu (wahai murīd), maka tak perlu engkau mempedulikan ‘amalmu yang masih sedikit.
Sesungguhnya seorang murīd atau sālik tidak berkuasa dalam hal memperbanyak ‘amal ibadah, juga tidak bisa menyingkap tabir yang menghalanginya dari Allah. Dengan demikian, ketika salah satu pintu ma‘rifat sudah dibukakan untuknya, seperti sakit, sehingga ibadahnya menjadi berkurang, maka pada waktu ibadahnya berkurang karena sakit tersebut, jangan merasa sedih akan banyaknya ibadah yang terlewat. Sebab, dengan sakit tersebut bisa membuka pintu ma‘rifat, seakan mengetahui bahwa Allah itu hadir dan melihatnya, ia sadar bahwa tidak ada yang bisa melakukan hal tersebut kecuali Allah. Itu lebih utama daripada beberapa ibadah badaniyyah, sebab tujuan dari memperbanyak ‘amal (ibadah) adalah untuk mengharapkan ma‘rifat Allah, serta mendekatkan diri kepada Allah dengan cara menyadari bahwa terbukanya pintu ma‘rifat itu menunjukkan tercapainya ma‘rifat, maka terkadang sedikitnya ‘amal sebab sakit itu menunjukkan sesuatu yang lebih utama.
Dengan demikian, ketika seorang murīd mencapai salah satu tangga ma‘rifat, dengan mengetahui datangnya sakit, itu lebih baik daripada masa sehatnya. Karena, dengan kehadiran masa sakitnya, maka di dalam hatinya muncul rasa benci terhadap dunia dan rela akan kematian, merindukan pertemuan dengan Tuhan, dan mengetahui bahwa Allah itu melakukan sesuatu sesuai yang dikehendaki-Nya. Pada akhirnya, ia menjadi tahu akan kelemahan dirinya dan mengetahui kenikmatan telah diciptakannya dirinya. Jika sudah demikian halnya, maka jangan bersusah hati akan sedikitnya ‘amal badaniyyah.
فَإِنَّهُ مَا فَتَحَهَا لَكَ إِلَّا وَ هُوَ يُرِيْدُ أَنْ يَتَعَرَّفَ إِلَيْكَ
“Sebab Tuhan tidak membukakannya, melainkan Ia akan memperkenalkan diri kepadamu.”
Karena sesungguhnya Allah itu tidak akan membukanya kecuali hendak memperkenalkan diri kepadamu.
Sesungguhnya Allah itu tidak akan menurunkan penyakit kepadamu, kecuali untuk memperkenalkan diri kepadamu, menampakkan sifat-sifatNya kepadamu, menampakkan asmā’-asmā’Nya kepadamu dan tidak ragu lagi bahwa perkenalan-Nya kepadamu itu lebih utama daripada ‘amal badaniyyah atau ‘amal zhāhir(mu).
أَلَمْ تَرَ أَنَّ التَّعَرُّفَ هُوَ مُوْرِدُهُ عَلَيْكَ وَ الْأَعْمَالُ أَنْتَ مُهْدِيهَا إِلَيْهِ وَ أَيْنَ مَا تُهْدِيْهِ إِلَيْهِ مِمَّا هُوَ مُوْرِدُهُ عَلَيْكَ.
“Tidakkah kau ketahui bahwa ma‘rifat itu semata-mata pemberian karunia Allah kepadamu, sedangkan ‘amal perbuatanmu adalah hadiah darimu untuk-Nya, maka di manakah letak perbandingannya antara hadiahmu dengan pemberian karunia Allah kepadamu.”
Tidakkah engkau mengerti bahwa ta‘arruf dengan Allah itu semata-mata anugerah dari Allah untukmu dan ibadah itu merupakan bentuk hadiah darimu untuk-Nya, maka lebih mulia manakah hadiahmu kepada Allah daripada anugerah-Nya kepadamu?
Sesungguhnya ta‘arruf itu adalah pemberian anugerah Allah dan ibadah itu bentuk hadiahmu kepada-Nya, maka tidak diragukan lagi bahwa pemberian anugerah Tuhan itu jauh lebih utama dan lebih mulia walaupun lebih sedikit dari apa yang kau hadiahkan. Karena hadiah dari seorang hamba itu merupakan hal yang tidak berguna (tidak ada nilainya). Alhasil, sedikitnya ‘amal ibadah yang disertai ma‘rifat itu lebih utama daripada banyaknya ‘amal tapi tidak disertai ma‘rifat.
0 comments:
Post a Comment