Untuk mendapatkan redaksi shalawat yang beragam itu tentu kita tidak hanya merujuk kepada hadits-hadits Nabi SAW, namun juga pada kitab-kitab karya para ulama. Beragamnya redaksi shalawat biasanya karena para ulama ingin mengungkapkan kecintaan mereka terhadap Rasulullah SAW dengan cita rasa dan bahasa terindah yang mampu mereka sampaikan. Namun demikian, di balik beragamnya redaksi shalawat itu, satu hal yang pasti bahwa seluruhnya memiliki dasar yang sama, yakni kecintaan, pemuliaan dan pengagungan terhadap Rasulullah SAW.
Mungkin Anda bertanya, “Apakah syariat membolehkan mengarang sendiri redaksi shalawat di luar redaksi shalawat yang telah diajarkan Nabi SAW sebagaimana yang tercantum di dalam hadits-hadits beliau? Apakah para sahabat, sebagai orang yang menjalani kebersamaan dengan Nabi SAW juga membuat sendiri shalawat-shalawat untuk beliau SAW?”
Untuk menjawab pertanyaan itu, rasanya cukup di sini kami tampilkan dua buah riwayat yang memperlihatkan bahwa sahabat-sahabat Nabi SAW pun telah menciptakan sendiri shalawat-shalawat terindah yang mereka persembahkan untuk Sang Kekasih, Rasulullah Muhammad SAW.
a. Shalawat Karangan Abdullah bin Mas’ud ra
عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ مَسْعُوْدٍِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: اِذَا صَلَّيْتُمْ عَلَى رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَاَحْسِنُوا الصَّلاَةَ عَلَيْهِ، فَاِنَّكُمْ لاَ تَدْرُوْنَ لَعَلَّ ذَلِكَ يُعْرَضُ عَلَيْهِ. فَقَالُوْا لَهُ: فَعَلِّمْنَا، قَالَ: قُوْلُوْا: اللَّهُمَّ اجْعَلْ صَلَوَاتِكَ وَرَحْمَتِكَ وَبَرَكَاتِكَ عَلَى سَيِّدِ الْمُرْسَلِيْنَ وَاِمَامِ اْلمُتَّقِيْنَ وَخَاتَمِ النَّبِيِّيْنَ مُحَمَّدٍِ عَبْدِكَ وَرَسُوْلِكَ اِمَامِ الْخَيْرِ وَقَائِدِ الْخَيْرِ وَرَسُوْلِ الرَّحْمَةِ، اللَّهُمَّ ابْعَثْهُ مَقَامًا مَحْمُوْدًا يَغْبِطُهُ بِهِ اْلاَوَّلُوْنَ وَاْلاَخِرُوْنَ. حديث صحيح رواه ابن ماجه (906 ) وعبد الرزاق في المصنف (3109 ) وأبو يعلى في مسنده (5267 )، والطبراني في المعجم الكبير (9/ 115 )، واسماعيل القاضي في فضل الصلاة على النبي صلى الله عليه وسلم (ص/ 59 )، وذكره الشيخ ابن القيم في جلاء الافهام (ص/ 36
“Abdullah bin Mas’ud ra berkata, “Apabila kalian bershalawat kepada Rasulullah SAW, maka buatlah redaksi shalawat yang bagus kepada beliau, siapa tahu shalawat kalian itu diberitahukan kepada beliau.” Mereka bertanya, “Ajari kami cara shalawat yang bagus kepada beliau.” Beliau menjawab, “Katakan: [Allaahummaj’al shalawaatika wa rahmatika wa barakaatika ‘alaa sayyidil mursaliina wa imaamil muttaqiina wa khaatamin nabiyyiina Muhammadin ‘abdika wa rasuulika imaamil khairi wa qaa-idil khairi wa raasuulir rahmah. Allaahummab’atshu maqaamam mahmuudan yaghbithuhu bihil awwaluuna wal aakhiruun] “Ya Allah jadikanlah segala shalawat, rahmat dan berkah-Mu kepada sayyid para rasul, pemimpin orang-orang yang bertakwa, pamungkas para nabi, yaitu Muhammad hamba dan rasul-Mu, pemimpin dan pengarah kebaikan dan rasul yang membawa rahmat. Ya Allah anugerahilah beliau maqam terpuji yang menjadi harapan orang-orang terdahulu dan orang-orang terkemudian.”
Hadist shahih ini diriwayatkan oleh Ibnu Majah (906), Abdurrazzaq (3109), Abu Ya’la (5267), al-Thabrani dalam al-Mu’jam al-Kabir (9/115) dan Ismail al-Qadhi dalam Fadhl a-Shalat (hal.59). Hadist ini juga disebutkan oleh Ibnul Qayyim dalam kitabnya Jala’ al-Afham (hal.36 dan hal. 72).
b. Shalawat Karangan Abdullah bin Abbas ra
وَعَنْ اِبْنِ عَبَّاسٍِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ اَنَّهُ كَانَ اِذَا صَلَّى عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: اَللَّهُمَّ تَقَبَّلْ شَفَاعَةَ مُحَمَّدٍِ اْلكُبْرَى وَارْفَعْ دَرَجَتَهُ اْلعُلْيَا وَاَعْطِهِ سُؤْلَهُ فِي اْلاَخِرَةِ وَاْلاُوْلَى كَمَا اَتَيْتَ اِبْرَاهِيْمَ وَمُوْسَى. رواه عبد بن حميد في مسنده وعبد الرزاق في المصنف (3104 ) واسماعيل القاضي في فضل الصلاة على النبي صلى الله عليه وسلم (ص/ 52 ). وذكره الشيخ ابن القيم في جلاء الافهام (ص/ 76 ). قال الحافظ السخاوي في القول باديع (ص/ 46 ): اسناده جيد قوي صحيح
Ibnu Abbas ra apabila membaca shalawat kepada Nabi SAW, beliau berkata: [Allaahumma taqabbal syafaa’ata Muhammadinil kubraa warfa’ darajatahul ‘ulyaa wa a’thihii su’lahu fil aakhirati wal uulaa, kamaa atayta Ibraahiima wa Muusaa] “Ya Allah kabulkanlah syafaat Muhammad yang agung, tinggikanlah derajatnya yang luhur, dan berilah permohonannya di dunia dan akhirat sebagaimana Engkau kabulkan permohonan Ibrahim dan Musa.”
Hadist ini diriwayatkan oleh Abd bin Humaid dalam al-Musnad, Abdurrazzaq dalam al-Mushannaf (3104) dan Ismail al-Qadhi dalam Fadhl al-Shalat ‘Ala al-Nabiy SAW (hal.51). Hadist ini juga disebutkan oleh Ibnu al-Qayyim dalam Jala’ al-Afham (hal. 76). Al-Hafizh al-Sakhawi mengatakan dalam al-Qaul Badi’ (hal. 46), sanad hadits ini jayyid, kuat dan shahih.
Berdasarkan kedua riwayat di atas, maka bisa disimpulkan bahwa syariat Islam memperbolehkan kita untuk membuat redaksi shalawat demi menumbuhkan rasa cinta kepada Nabi, mengangungkan dan memuliakan beliau. Bila Anda tidak mampu membuat redaksi shalawat sendiri, tentunya merujuk kepada redaksi-redaksi shalawat yang diajarkan oleh para ulama yang kecintaan mereka terhadap Rasulullah SAW tak perlu diagukan lagi adalah lebih utama. Syariat bukan hanya membolehkan untuk membuat redaksi shalawat, namun juga membolehkan mengamalkan shalawat-shalawat karya para ulama, di samping mengamalkan shalawat yang ma’tsur dari Rasulullah SAW.
Wallahu a’lam
0 comments:
Post a Comment