1. Dzikrullah dan Tilawatil Qur'an.
Dengan senantiasa dzikrullah (menyebut dan mengingat Allah) bagi seorang hamba manfaatnya sangatlah besar. Sebagaimana Dia berfirman: "Ingatlah, bahwa hanya dengan selalu mengingat Allah, hati menjadi tentram." (QS. Ar-Ra'du:28). Syaikh Ibnul Qoyyim berkata: ”Sesungguhnya dzikir adalah makanan pokok bagi hati dan ruh, apabila hamba Allah gersang dari siraman dzikir, maka jadilah ia bagaikan tubuh yang terhalang untuk memperoleh makanan pokoknya." Dan Imam Hasan al-Bashri berkata: "Lunakkanlah hatimu itu dengan berdzikir".
Kendatipun dzikrullah adalah salah satu bentuk ibadah yang termudah dan ringan, akan tetapi pahala dan keutamaan yang didapatkan melebihi amalan-amalan lainnya. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman: "Sesungguhnya mengingat-ingat Allah adalah lebih besar (keutamaannya daripada ibadat yang lain)." (QS. Al-Ankabut: 45).
Sebaik-baik dzikir adalah membaca Al-Qur'an, karena Al-Qur'an mengandung berbagai khasiat penyembuh hati dari semua penyakit kegundahan. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman; "Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit yang berada dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman." (QS. Yunus: 57).
2. Beristighfar
Hakikat istighfar adalah untuk memohon maghfirah (ampunan), dan batasan maghfirah adalah penjagaan dari keburukan yang diakibatkan dari dosa-dosa. Dan barangsiapa yang meminta ampun kepada-Nya selama memenuhi syaratnya pasti Allah Subhanahu wa Ta'ala memberikan ampunan. Firman-Nya: "Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan dan menganiaya dirinya, kemudian ia meminta ampun kepada Allah niscaya ia mendapati Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS. An-Nisa’: 110).
Hendaklah seseorang itu memperbanyak istighfar kepada-Nya dimanapun berada, sebab seseorang itu tidak tahu di mana tempat maghfirah Tuhannya turun. sebagaimana Rasulullah Saw bersabda: "Demi Allah, sesungguhnya aku selalu mohon ampunan kepada Allah sehari semalam lebih dari tujuh puluh kali." (HR. Bukhari).
‘Aisyah berkata: "Beruntunglah orang yang mendapat dalam buku catatan amal perbuatannya memuat istighfar yang banyak." Qatadah berkata: "Sesunggunhya Al-Qur'an ini memberikan petunjuk kepadamu tentang penyakitmu dan obat penangkalnya. Adapun penyakitmu adalah dosa-dosa, sedangkan obatnya adalah istighfar."
3. Do'a
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman: "Berdo'alah kepada-Ku niscaya Aku perkenankan bagimu." (QS. Al-Mukmin: 60).
Dalam ayat ini Allah Subhanahu wa Ta'ala memerintahkan kepada kita agar berdo'a kepada-Nya dan Dia akan memenuhi permohonan hamba-Nya. Berkenaan dengan ini Rasulullah Saw bersabda: "Tidaklah seorang Muslim pun berdo'a dengan do'a yang di dalamnya tidak berisi dosa dan pemutus tali silaturahim melainkan Allah memberikan kepadanya salah satu dari tiga perkara: Allah akan menyegerakan permohonannya itu (diperoleh di dunia) atau Allah akan menyimpannya untuknya di akhirat kelak, atau Dia memalingkan darinya keburukan yang setimpal dengan do'anya itu." (HR. Ahmad). Dalam ayat yang sama Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman: "Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku (tidak mau berdo'a kepada-Ku) akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan terhina." (QS. Al-Mukmin: 60). Orang-orang yang tidak mau berdo'a kepada-Nya maka mereka yang dikatakan Allah Subhanahu wa Ta'ala adalah termasuk orang yang sombong, dan mereka mendapatkan murka dari-Nya, sebagaimana Rasulullah Saw bersabda: "Barangsiapa yang tidak mau meminta (memohon kepada Allah), maka Allah murka terhadap-Nya." (HR. Tirmidzi).
4. Bershalawat kepada Nabi Saw
Allah Subhanahu wa Ta'ala bershalawat sepuluh kali, bagi orang bershalawat kepada rasul-Nya sekali. Sebagaimana sabda beliau Saw: ”Barangsiapa yang bershalawat untukku satu kali, maka Allah akan bershalawat sepuluh kali." (HR. Muslim). Karena yang demikian itu, setiap satu kebaikan nilainya akan dilipatgandakan sepuluh kalinya, dan bershalawat untuk Nabi saw termasuk kebaikan yang tinggi.
5. Qiyamullail
Jika seseorang tetap melakukan shalat malam, maka wajahnya akan bercahaya dan dia juga akan merasakan kenikmatan beribadah dalam hatinya, sebagaimana yang dituturkan oleh para Ulama Salaf berikut ini:
Abu Sulaiman berkata: “Malam hari bagi orang yang sering beribadat di dalamnya, itu lebih nikmat daripada permainan bagi mereka yang suka hidup bersantai-santai. Seandainya tanpa malam aku tak suka hidup di dunia ini.”
Ibnul Mukandir: ”Bagiku kelezatan dunia ini hanya ada pada tiga perkara, qiyamullail, bersilaturahim dengan saudaraku dan shalat berjama’ah.”
Wallahu a'lam
0 comments:
Post a Comment