اللَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ
"Allah, tidak ada Tuhan melainkan Dia. Yang Hidup kekal lagi terus-menerus mengurus makhluk-Nya."
Kata (إله) Ilaah biasa diterjemahkan dengan Tuhan. Ada juga yang berpendapat bahwa kata itu pada mulanya berarti Pencipta, Pengatur dan Penguasa alam raya. Ada banyak ayat al-Qur’an yang dapat mendukung pendapat ini, misalnya QS. al-Anbiya’ [21]: 22:
لَوْ كَانَ فِيهِمَا آلِهَةٌ إِلَّا اللَّهُ لَفَسَدَتَا
"Sekiranya di langit dan di bumi ada llah, yakni Penguasa yang mengatur keduanya, selain Allah, tentulah keduanya itu telah rusak binasa." Dengan demikian, ayat di atas menafikan segala sesuatu yang kuasa mengatur alam raya, kecuali Allah Swt, yang oleh ayat di atas disifati dengan dua sifat yang sempurna yaitu Maha Hidup dan Maha Qayyum.
Maha Hidup, adalah yang memiliki sifat hayah/hidup. Hayah adalah kesempurnaan yang sesuai dengan objek yang disifatinya. Demikian tulis pakar tafsir Fakhruddin ar-Razi. Bukankah bumi dihidupkan oleh Allah dengan menumbuhkan tanaman, sedang tumbuhnya tanaman adalah kesempurnaan bumi/tanah. Banyak ulama menandai kehidupan makhluk dengan gerak, rasa dan tahu. Yang tidak bergerak, atau merasa, dan tidak juga tahu — minimal dirinya — maka dia adalah sesuatu yang mati. Hidup itu bertingkat-tingkat. Kehidupan binatang lebih berkualitas daripada kehidupan tumbuhan, antara lain karena gerak binatang lebih leluasa daripada gerak tumbuhan. Manusia berpotensi untuk hidup lebih berkualitas daripada binatang, karena pengetahuannya dapat lebih luas daripada binatang. Hidup ada yang singkat dan ada juga yang lama. Yang lama lebih berpotensi memiliki kehidupan yang lebih berkualitas daripada yang singkat, karena waktunya dapat dia gunakan untuk mengetahui lebih banyak serta bergerak lebih leluasa. Yang memiliki pengetahuan tentang hal-hal yang penting lagi mulia, hidupnya lebih berkualitas daripada yang mengetahui hal-hal remeh. Allah Yang Maha Hidup, karena Dia mengetahui segala sesuatu, bahkan mengetahui diri-Nya, yang merupakan Dzat Yang Maha Mulia. Allah juga Maha Hidup, karena Dia yang menggerakkan segala sesuatu. Di sisi lain Dia Maha Hidup, karena Dia tidak mengalami kematian, bahkan kantuk, dan Dia Yang memberi hidup seluruh yang hidup. Bukan saja memberi mereka hidup, tetapi Dia juga Qayyum.
Kata Qayyum terambil dari kata qawama yang mengandung makna terlaksananya sesuatu secara sempurna dan berkesinambungan. Anda perhatikan makna perintah shalat yang juga menggunakan akar kata yang sama. Allah Qayyum adalah Dia yang mengatur segala sesuatu yang merupakan kebutuhan makhluk, sehingga terlaksana secara sempurna dan berkesinambungan, sedangkan diri-Nya sendiri tidak memerlukan sesuatu untuk wujud dan kesinambungan wujud-Nya.
Dirangkaikannya sifat Maha Hidup dan sifat Qayyum, memberi isyarat bahwa hidup yang sebenarnya itu bukan hidup sendiri atau bersifat egoistis, tetapi adalah kemampuan memberi hidup dan sarana kehidupan kepada pihak lain.
Wallahu a'lam
0 comments:
Post a Comment