Dalam kitab Ibanatul
Ahkam Syarah Bulughul Maram disebutkan:
ليس في العدد الذي تنعقد به الجمعة تحديد شرعي صريح، ولهاذا
كانت المسألة مجالا للاجتهاد، فعند أبي حنيفة بثلاثة مع الإمام، وعند الإمام مالك وهو
القديم عند الشافعي تنعقد باثني عشر رجلا، وعند الشافعي في الجديد وأحمد تنعقد بأربعين
رجلا
“Tiada
batasan syar’i yang eksplisit perihal jumlah minimal yang menjadi syarat sah
Jumat. Oleh karena itu, masalah ini membuka ruang bagi ijtihad. Bagi Imam
Hanafi, tiga orang termasuk imam dianggap cukup. Bagi Imam Malik dan juga qaul
qadim Imam Syafi’i, ibadah Jumat memadai dengan dua belas orang. Bagi qaul jadid Imam Syafi’i dan Imam Ahmad, ibadah Jumat
memadai dengan empat puluh orang.” (Lihat:
Syekh Hasan Sulaiman Nuri dan Sayyid Alwi bin Abbas Al-Maliki, Ibanatul
Ahkam Syarah Bulughul Maram, Beirut, Darul Fikr: 1996 M/1416 H, cetakan
pertama, juz II, halaman 55).
Dalil 12 Orang
عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللهِ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَخْطُبُ قَائِمًا يَوْمَ الْجُمُعَةِ، فَجَاءَتْ عِيْرٌ
مِنَ الشَّامِ، فَانْفَتَلَ النَّاسُ إِلَيْهَا حَتَّى لَمْ يَبْقَ إِلاَّ اثْنَا عَشَرَ
رَجُلاً
Dari Jabir
bin Abdillah ra bahwa Nabi Muhammad Saw berkhutbah dalam posisi berdiri pada
hari Jumat, lalu datang rombongan saudagar berkendaraan unta dari Syam, lalu
sebagian besar jamaah Jumat berpaling menyongsongnya hingga tidak ada yang
tersisa kecuali dua belas jamaah laki-laki. (HR Muslim)
Dalam kitab
Ibanatul Ahkam Syarah Bulughul Maram disebutkan:
عدم اشتراط عدد معين لانعقاد الجمعة، وقد أخذ بهذا مالك، وقال
يشترط أن يكون العدد اثني عشر رجلا سوى الإمام. وأجاب أصحاب الشافعي وغيرهم ممن يشترط
أربعين بأنه محمول على أنهم رجعوا أو رجع منهم تمام الاربعين فأتم الرسول بهم الجمعة
“Tidak ada syarat jumlah tertentu untuk keabsahan
ibadah Jumat. Pandangan ini dipegang oleh Iam Malik. Ia mensyaratkan dua belas
jamaah laki-laki, tidak termasuk imam. Ulama Mazhab Syafi‘i dan ulama lain yang
mensyaratkan jumlah jamaah empat puluh orang menanggapi bahwa mereka yang
meninggalkan khutbah Rasulullah itu kemungkinan kembali lagi ke dalam shaf atau
sebagian dari mereka kembali hingga genap empat puluh orang, lalu Rasulullah
SAW menyelesaikan ibadah Jumat bersama mereka.” (Lihat: Syekh Hasan Sulaiman Nuri dan Sayyid Alwi
bin Abbas Al-Maliki, Ibanatul Ahkam Syarah Bulughul Maram, Beirut, Darul
Fikr: 1996 M/1416 H, cetakan pertama, juz II, halaman 56).
Dalil
40 Orang
“Dari Ibnu Mas’ud ra bahwa Rasulullah Saw shalat Jumat di Madinah dengan jumlah peserta 40
orang.” (HR Al-Baihaqi)
عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللهِ قَالَ: مَضَتْ السُّنَّةُ أَنَّ
فِي كُلِّ أَرْبَعِيْنَ فَمَا فَوْقَهَا جُمُعَةً
“Dari Jabir bin
Abdillah, ia berkata, “Telah menjadi sunnah, bahwa Jumat selalu dilakukan untuk
40 orang atau lebih.” (HR. Daruquthni)
عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ
بْنِ كَعْبِ بْنِ مَالِكٍ وَكَانَ قَائِدَ أَبِيهِ بَعْدَ مَا ذَهَبَ بَصَرُهُ عَنْ
أَبِيهِ كَعْبِ بْنِ مَالِكٍ أَنَّهُ كَانَ إِذَا سَمِعَ النِّدَاءَ يَوْمَ الْجُمُعَةِ
تَرَحَّمَ لِأَسْعَدَ بْنِ زُرَارَةَ، فَقُلْتُ لَهُ إِذَا سَمِعْتَ النِّدَاءَ تَرَحَّمْتَ
لِأَسْعَدَ بْنِ زُرَارَةَ، قَالَ لِأَنَّهُ أَوَّلُ مَنْ جَمَّعَ بِنَا فِي هَزْمِ
النَّبِيتِ مِنْ حَرَّةِ بَنِي بَيَاضَةَ فِي نَقِيعٍ يُقَالُ لَهُ نَقِيعُ الْخَضَمَاتِ،
قُلْتُ كَمْ أَنْتُمْ يَوْمَئِذٍ؟ قَالَ أَرْبَعُونَ
Dari Abdurrahman
bin Ka'b bin Malik -dia adalah seorang yang selalu menuntun ayahnya setelah
ayahnya buta- dari ayahnya yaitu Ka'ab bin Malik bahwa apabila dia mendengar
adzan pada hari Jumat, dia memohonkan rahmat untuk As'ad bin Zurarah. Lantas
aku bertanya kepadanya, “Mengapa engkau memohonkan rahmat untuk As'ad bin
Zurarah setiap kali mendengar adzan Jum'at?” Jawabnya, “Karena dia adalah orang
yang pertama kali sebagai pelopor pelaksanaan shalat Jumat di tengah-tengah
kami di Hazmin-nabit, yang terletak di Bani Bayadhah di Baqi', yaitu Naqi'ul
Khadhamat.” Aku bertanya, “Berapakah jumlah kalian ketika itu?” Dia menjawab, “Empat
puluh orang.” (HR Abu Dawud)
Syarat Tambahan
- Ke-40 orang itu harus muqimin atau orang-orang yang tinggal di tempat itu (ahli balad), bukan orang yang sedang dalam perjalanan (musafir), Karena musafir bagi mereka tidak wajib menjalankan shalat Jumat, sehingga keberadaan musafir di dalam shalat itu tidak mencukupi hitungan minimal peserta shalat Jumat.
- Ke-40 orang itu pun harus laki-laki semua, sedangkan kehadiran jamaah wanita meski dibenarkan namun tidak bisa dianggap mencukupi jumlah minimal.
- Ke-40 orang itu harus orang yang merdeka, jamaah yang budak tidak bisa dihitung untuk mencukupi jumlah minimal shalat Jumat.
- Ke-40 orang itu harus mukallaf yang telah aqil baligh, sehingga kehadiran anak-anak yang belum baligh di dalam shalat jumat tidak berpengaruh kepada jumlah minimal yang disyaratkan.
Dalam kitab
Ibanatul Ahkam Syarah Bulughul Maram disebutkan:
وقال أبو حنيفة إن الجمعة تنعقد بثلاثة مع الإمام، وهو أقل عدد
تنعقد به، واستدل بقوله تعالى فَاسْعَوْا إِلَى ذِكْرِ اللهِ، والخطاب لجماعة بعد النداء
للجمعة وأقل الجمع ثلاثة
“Imam Abu Hanifah mengatakan bahwa
ibadah Jumat memadai dengan tiga orang termasuk imam. Tiga adalah angka minimal
sah Jumat. Ia berargumen dengan firman Allah, ‘Segeralah menuju zikrullah,’
(Surat Al-Jumuah ayat 9). Seruan ini ditujukan bagi jamaah Jumat setelah azan.
Bilangan terkecil lafal jamak jatuh pada angka tiga.” (Lihat” Syekh Hasan Sulaiman Nuri dan Sayyid
Alwi bin Abbas Al-Maliki, Ibanatul Ahkam Syarah Bulughul Maram, Beirut,
Darul Fikr: 1996 M/1416 H, cetakan pertama, juz II, halaman 56).
Lafal
fas‘au, menunjukkan persona jama’ (lebih dari satu orang), dan bilangan terkecil dari jama’ adalah tiga.
0 comments:
Post a Comment