Sunday, July 28, 2019

Published July 28, 2019 by with 0 comment

Ta'limul Muta'allim (5)

وَأَمَّا حِفْظُ مَا يَقَعُ فِى بَعْضِ اْلأَحَايِيْنِ فَفَرْضٌ عَلَى سَبِيْلِ الْكِفَايَةِ، إِذَا قَامَ بِهِ الْبَعْضُ فِىْ بَلْدَةٍ سَقَطَ عَنِ الْبَاقِيْنَ، فَإِنْ لَمْ يَكُنْ فِى الْبَلْدَةِ مَنْ يَقُوْمُ بِهِ اِشْتَرَكُوْا جَمِيْعًا فِى الْمَأْثَمِ، فَيَجِبُ عَلَى اْلإِمَامِ أَنْ يَأْمُرَهُمْ بِذَلِكَ وَيَجْبُرَ أَهْلَ الْبَلْدَةِ عَلَى ذَلِكَ
 
Adapun mempelajari ilmu yang jarang dibutuhkan hukumnya adalah fardhu kifayah. Bila di suatu daerah telah ada yang melakukannya maka gugurlah kewajiban bagi yang lain. Tetapi bila di daerah itu tidak ada yang melakukannya maka semuanya ikut menanggung dosa. Maka wajib bagi seorang pemimpin untuk memerintahkan mereka mempelajarinya, bahkan bila perlu memaksa mereka untuk itu.
 
فَقِيْلَ بِأَنَّ عِلْمَ مَا يَقَعُ عَلَى نَفْسِهِ فِىْ جَمِيْعِ اَلأَحْوَالِ بِمَنْزِلَةِ الطَّعَامِ لاَ بُدَّ لِكُلِّ وَاحِدٍ مِنْ ذَلِكَ، وَعِلْمَ مَا يَقَعُ فِى بَعْضِ اْلأَحَايِيْنِ بِمَنْزِلَةِ الدَّوَاءِ يَحْتَاجُ إِلَيْهِ فِىْ بَعْضِ اْلأَوْقَاتِ
 
Telah dikatakan bahwa ilmu yang dibutuhkan di setiap keadaan ibarat makanan yang harus dikonsumsi oleh setiap orang, sedangkan ilmu yang dibutuhkan hanya kadang-kadang saja ibarat obat yang dibutuhkan pada waktu sakit saja.
 
وَعِلْمَ النُّجُوْمِ بِمَنْزِلَةِ الْمَرَضِ، فَتَعَلَّمُهُ حَرَامٌ لِأَنَّهُ يَضُرُّ وَلاَيَنْفَعُ، وَالْهَرَبُ مِنْ قَضَاءِ اللهِ تَعَالَى وَقَدَِرهِ غَيْرُ مُمْكِنٍ
 
Sedangkan ilmu nujum ibarat penyakit, mempelajarinya adalah haram karena ia berbahaya dan tidak bermanfaat, sementara melarikan diri dari ketetapan dan takdir Allah adalah hal yang tidak mungkin dilakukan.
 
فَيَنْبَغِى لِكُلِّ مُسْلِمٍ أَنْ يَشْتَغِلَ فِىْ جَمِيْعِ أَوْقَاتِهِ بِذِكْرِ اللهِ تَعَالَى، وَالدُّعَاءِ، وَالتَّضَرُّعِ، وَقِرَاءَةِ الْقُرْآنِ، وَالصَّدَقَاتِ الدَّافِعَةِ لِلْبَلاَءِ، وَيَسْأَلُ اللهَ تَعَالَى الْعَفْوَ وَالْعَافِيَةَ فِى الدُّنْيَا وَاْلآخِرَةِ لِيَصُوْنَهُ اللهُ تَعَالَى عَنِ الْبَلاَءِ وَاْلآفَاتِ، فَإِنَّ مَنْ رُزِقَ الدُّعَاءَ لَمْ يُحْرَمِ اْلإِجَابَةَ، فَإِنْ كَانَ الْبَلاَءُ مُقَدَّرًا يُصِيْبُهُ لاَمَحَالَةَ وَلَكِنْ يُيَسِّرَهُ اللهُ عَلَيْهِ وَيَرْزُقُهُ الصَّبْرَ بِبَرَكَةِ الدُّعَاءِ
 
Seyogyanya setiap muslim memanfaatkan seluruh waktunya untuk berdzikir kepada Allah, berdoa, merendahkan diri, membaca al-Qur’an, bersedekah untuk menolak bala’ dan memohon kepada Allah ampunan dan keselamatan dunia akhirat. Sesungguhnya barangsiapa yang diilhami untuk berdoa niscaya akan diijabah. Seandainya ia telah ditimpa musibah, Allah akan menenangkannya dan akan memberinya kesabaran berkat doa itu.
 
اللَّهُمَّ إِذَا تَعَلَّمَ مِنَ النُّجُوْمِ قَدْرَمَا يَعْرِفُ بِهِ الْقِبْلَةَ وَأَوْقَاتِ الصَّلاَةِ فَيَجُوْزُ ذَلِكَ
 
Tetapi bila tujuan mempelajari ilmu nujum (baca: ilmu falak) itu untuk mengetahui arah kiblat dan waktu-waktu shalat, maka dibolehkan.
 
وَأَمَّا تَعَلُّمُ عِلْمُ الطِّبِّ فَيَجُوْزُ، لِأَنَّهُ سَبَبٌ مِنَ اْلأَسْبَابِ، فَيَجُوْزُ تَعَلُّمُهُ كَسَائِرِ اْلأَسْبَابِ فَقَدْ تَدَاوَى النَّبِىُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
 
Adapun mempelajari ilmu kedokteran diperbolehkan, karena ia termasuk salah satu jenis pekerjaan, maka diperbolehkan mempelajarinya sebagaimana keahlian-keahlian lainnya. Bahkan Nabi Saw pun berobat. 
 
وَقَدْ حُكِىَ عَنِ الشَّافِعِىِّ رَحِمَهُ اللهُ تَعَالَى أَنَّهُ قَالَ الْعِلْمُ عِلْمَانِ: عِلْمُ الْفِقْهِ لِلْأَدْيَانِ وَعِلْمُ الطِّبِّ لِلْأَبْدَانِ، وَمَا وَرَاءَ ذَلِكَ بُلْغَةُ مَجْلِسٍ
 
Disebutkan bahwa Imam Syafi’i rahimahullahu ta’ala berkata, “Ilmu itu ada dua: ilmu fiqih untuk agama dan ilmu kedokteran untuk badan, yang selain itu hanyalah tambahan di majelis.”
      edit

0 comments:

Post a Comment