وَأَمَّا
حِفْظُ مَا يَقَعُ فِى بَعْضِ اْلأَحَايِيْنِ فَفَرْضٌ عَلَى سَبِيْلِ الْكِفَايَةِ،
إِذَا قَامَ بِهِ الْبَعْضُ فِىْ بَلْدَةٍ سَقَطَ عَنِ الْبَاقِيْنَ، فَإِنْ لَمْ يَكُنْ
فِى الْبَلْدَةِ مَنْ يَقُوْمُ بِهِ اِشْتَرَكُوْا جَمِيْعًا فِى الْمَأْثَمِ، فَيَجِبُ
عَلَى اْلإِمَامِ أَنْ يَأْمُرَهُمْ بِذَلِكَ وَيَجْبُرَ أَهْلَ الْبَلْدَةِ عَلَى
ذَلِكَ
Adapun mempelajari ilmu yang jarang
dibutuhkan hukumnya adalah fardhu kifayah. Bila di suatu daerah telah ada yang
melakukannya maka gugurlah kewajiban bagi yang lain. Tetapi bila di daerah itu
tidak ada yang melakukannya maka semuanya ikut menanggung dosa. Maka wajib bagi
seorang pemimpin untuk memerintahkan mereka mempelajarinya, bahkan bila perlu
memaksa mereka untuk itu.
فَقِيْلَ
بِأَنَّ عِلْمَ مَا يَقَعُ عَلَى نَفْسِهِ فِىْ جَمِيْعِ اَلأَحْوَالِ بِمَنْزِلَةِ
الطَّعَامِ لاَ بُدَّ لِكُلِّ وَاحِدٍ مِنْ ذَلِكَ، وَعِلْمَ مَا يَقَعُ فِى بَعْضِ
اْلأَحَايِيْنِ بِمَنْزِلَةِ الدَّوَاءِ يَحْتَاجُ إِلَيْهِ فِىْ بَعْضِ اْلأَوْقَاتِ
Telah dikatakan bahwa ilmu yang dibutuhkan
di setiap keadaan ibarat makanan yang harus dikonsumsi oleh setiap orang,
sedangkan ilmu yang dibutuhkan hanya kadang-kadang saja ibarat obat yang
dibutuhkan pada waktu sakit saja.
وَعِلْمَ
النُّجُوْمِ بِمَنْزِلَةِ الْمَرَضِ، فَتَعَلَّمُهُ حَرَامٌ لِأَنَّهُ يَضُرُّ وَلاَيَنْفَعُ،
وَالْهَرَبُ مِنْ قَضَاءِ اللهِ تَعَالَى وَقَدَِرهِ غَيْرُ مُمْكِنٍ
Sedangkan ilmu nujum ibarat penyakit,
mempelajarinya adalah haram karena ia berbahaya dan tidak bermanfaat, sementara
melarikan diri dari ketetapan dan takdir Allah adalah hal yang tidak mungkin
dilakukan.
فَيَنْبَغِى
لِكُلِّ مُسْلِمٍ أَنْ يَشْتَغِلَ فِىْ جَمِيْعِ أَوْقَاتِهِ بِذِكْرِ اللهِ تَعَالَى،
وَالدُّعَاءِ، وَالتَّضَرُّعِ، وَقِرَاءَةِ الْقُرْآنِ، وَالصَّدَقَاتِ الدَّافِعَةِ
لِلْبَلاَءِ، وَيَسْأَلُ اللهَ تَعَالَى الْعَفْوَ وَالْعَافِيَةَ فِى الدُّنْيَا وَاْلآخِرَةِ
لِيَصُوْنَهُ اللهُ تَعَالَى عَنِ الْبَلاَءِ وَاْلآفَاتِ، فَإِنَّ مَنْ رُزِقَ الدُّعَاءَ
لَمْ يُحْرَمِ اْلإِجَابَةَ، فَإِنْ كَانَ الْبَلاَءُ مُقَدَّرًا يُصِيْبُهُ لاَمَحَالَةَ
وَلَكِنْ يُيَسِّرَهُ اللهُ عَلَيْهِ وَيَرْزُقُهُ الصَّبْرَ بِبَرَكَةِ الدُّعَاءِ
Seyogyanya setiap muslim memanfaatkan
seluruh waktunya untuk berdzikir kepada Allah, berdoa, merendahkan diri,
membaca al-Qur’an, bersedekah untuk menolak bala’ dan memohon kepada Allah
ampunan dan keselamatan dunia akhirat. Sesungguhnya barangsiapa yang diilhami
untuk berdoa niscaya akan diijabah. Seandainya ia telah ditimpa musibah, Allah
akan menenangkannya dan akan memberinya kesabaran berkat doa itu.
اللَّهُمَّ
إِذَا تَعَلَّمَ مِنَ النُّجُوْمِ قَدْرَمَا يَعْرِفُ بِهِ الْقِبْلَةَ وَأَوْقَاتِ
الصَّلاَةِ فَيَجُوْزُ ذَلِكَ
Tetapi bila tujuan mempelajari ilmu nujum
(baca: ilmu falak) itu untuk mengetahui arah kiblat dan waktu-waktu shalat,
maka dibolehkan.
وَأَمَّا
تَعَلُّمُ عِلْمُ الطِّبِّ فَيَجُوْزُ، لِأَنَّهُ سَبَبٌ مِنَ اْلأَسْبَابِ، فَيَجُوْزُ
تَعَلُّمُهُ كَسَائِرِ اْلأَسْبَابِ فَقَدْ تَدَاوَى النَّبِىُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ
Adapun mempelajari ilmu kedokteran
diperbolehkan, karena ia termasuk salah satu jenis pekerjaan, maka
diperbolehkan mempelajarinya sebagaimana keahlian-keahlian lainnya. Bahkan Nabi
Saw pun berobat.
وَقَدْ حُكِىَ
عَنِ الشَّافِعِىِّ رَحِمَهُ اللهُ تَعَالَى أَنَّهُ قَالَ الْعِلْمُ عِلْمَانِ: عِلْمُ
الْفِقْهِ لِلْأَدْيَانِ وَعِلْمُ الطِّبِّ لِلْأَبْدَانِ، وَمَا وَرَاءَ ذَلِكَ بُلْغَةُ
مَجْلِسٍ
Disebutkan bahwa Imam Syafi’i
rahimahullahu ta’ala berkata, “Ilmu itu ada dua: ilmu fiqih untuk agama dan
ilmu kedokteran untuk badan, yang selain itu hanyalah tambahan di majelis.”
0 comments:
Post a Comment