Wednesday, September 4, 2019

Published September 04, 2019 by with 0 comment

Bersiap Menghadapi Kehilangan

Alkisah, seorang lelaki keluar dari pekarangan rumahnya, berjalan tak tentu arah dengan rasa putus asa. Sudah cukup lama dia menganggur. Kondisi keuangan keluarganya morat-marit. Sementara para tetangganya sibuk memenuhi rumah dengan barang-barang mewah, ia masih bergelut memikirkan cara memenuhi kebutuhan pokok keluarganya, yaitu sandang dan pangan.

Anak-anaknya sudah lama tak dibelikan pakaian, istrinya sering marah-marah karena tak dapat membeli barang-barang rumah tangga yang layak. Laki-laki itu sudah tak tahan dengan kondisi ini, dan ia tidak yakin bahwa perjalanannya kali ini pun akan membawa keberuntungan, yakni memperoleh sebuah pekerjaan.

Ketika laki-laki itu tengah menyusuri jalanan sepi, tiba-tiba kakinya terantuk sesuatu. Karena merasa penasaran ia membungkuk dan mengambilnya.

“Uh, hanya sebuah koin kuno yang sudah penyok-penyok,” gerutunya dengan kecewa.

Meskipun begitu ia tetap memungut koin itu dan membawanya ke sebuah bank.

“Sebaiknya koin ini Bapak bawa saja ke kolektor uang kuno,” kata teller bank yang ia temui waktu itu memberi saran.

Lelaki itu pun mengikuti anjuran si teller, membawa koinnya ke kolektor. Beruntung sekali, si kolektor menghargai koin kuno yang sudah penyok itu senilai 30 dollar.  Begitu senangnya, lelaki tersebut mulai memikirkan apa yang akan ia lakukan dengan rezeki nomplok ini. Ketika melewati sebuah toko perkakas, dilihatnya beberapa lembar kayu sedang diobral. Ia bisa membuatkan beberapa rak untuk istrinya karena istrinya pernah berkata bahwa mereka tak punya tempat untuk menyimpan jambangan dan stoples.

Sesudah membeli kayu seharga 30 dollar, ia memanggul kayu tersebut dan beranjak pulang. Di tengah perjalanan ia melewati bengkel seorang pembuat mebel. Mata pemilik bengkel sudah terlatih melihat kayu yang dipanggul lelaki itu. Kayunya indah, warnanya bagus, dan mutunya terkenal. Kebetulan pada waktu itu ada pesanan mebel. Si pemilik bengkel menawarkan uang sejumlah 100 dollar kepada lelaki itu. Terlihat keraguan di mata laki-laki itu, namun pengrajin itu meyakinkannya, bahkan menawarkan kepadanya mebel yang sudah jadi agar dipilih lelaki itu. Kebetulan di sana ada lemari yang sudah lama diidam-idamkan istrinya. Ia menukar kayu yang dibawanya itu dengan sebuah lemari dan meminjam sebuah gerobak untuk membawa lemari itu. Ia pun segera membawanya pulang.

Di tengah perjalanan ia melewati perumahan baru. Seorang wanita yang sedang mendekorasi rumah barunya melongok keluar jendela dan melihat lelaki itu mendorong gerobak berisi lemari yang indah. Si wanita terpikat dan menawar dengan harga 200 dollar. Ketika lelaki itu nampak ragu-ragu, si wanita menaikkan tawarannya menjadi 250 dollar. Lelaki itu pun setuju. Kemudian mengembalikan gerobak ke pengrajin dan beranjak pulang.

Di pintu desa ia berhenti sejenak dan ingin memastikan uang yang ia terima. Ia merogoh sakunya dan menghitung lembaran bernilai 250 dollar. Pada saat itu seorang perampok keluar dari semak-semak, mengacungkan belati, merampas uang itu, lalu kabur.

Istri si lelaki kebetulan melihat dan berlari mendekati suaminya seraya berkata, “Apa yang terjadi? Engkau baik-baik saja kan? Apa yang diambil oleh perampok tadi?”

Lelaki itu mengangkat bahunya dan berkata, “Oh, bukan apa-apa. Hanya sebuah koin penyok yang kutemukan tadi pagi.”

Pesan Inspiratif

Memang, ada beragam cara menyikapi kehilangan. Semoga kita termasuk orang yang bijak menghadapi kehilangan dan sadar bahwa sukses hanyalah titipan Tuhan. Benar kata orang bijak, “Manusia tak memiliki apa-apa kecuali pengalaman hidup.” Bila kita sadar bahwa kita tak pernah memiliki apa pun, kenapa harus tenggelam dalam kepedihan yang berlebihan saat kehilangan sesuatu menimpa kita?
      edit

0 comments:

Post a Comment