إِنَّ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا سَوَاءٌ عَلَيْهِمْ أَأَنْذَرْتَهُمْ أَمْ لَمْ تُنْذِرْهُمْ لاَ يُؤْمِنُوْنَ (٦) خَتَمَ اللهُ عَلَى قُلُوْبِهِمْ وَعَلَى سَمْعِهِمْ وَعَلَى أَبْصَارِهِمْ غِشَاوَةٌ وَلَهُمْ عَذَابٌ عَظِيْمٌ (٧)
Sesungguhnya orang-orang kafir,
sama saja bagi mereka, kamu beri
peringatan atau tidak kamu beri peringatan, mereka tidak juga akan
beriman (6). Allah telah mengunci-mati hati dan pendengaran mereka, dan
penglihatan mereka ditutup, dan bagi mereka siksa yang amat berat (7).
- Tafsir Ath-Thabari
Menurut Ibnu Abbas kedua ayat ini
diturunkan berkenaan dengan para pendeta Yahudi di seputar Madinah yang
menolak dan mengingkari ciri-ciri kenabian (nubuwwat) Nabi
Muhammad Shallallahu 'alaihi wasallam. Penafsiran ini menurut Imam
Ath-Thabari adalah penafsiran yang paling tepat dibanding penafsiran
yang lain, karena kata kufr sendiri secara etimologis berarti
menutupi. Kata ini cocok dialamatkan kepada para pendeta Yahudi di
Madinah karena mereka telah menyembunyikan dan menutup-nutupi ciri-ciri
kenabian (nubuwwat) Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wasallam, padahal mereka sangat mengenali nubuwwat itu seperti mengenali anak-anak mereka sendiri.
Para pendeta Yahudi di Madinah itu mengingkari nubuwwat Nabi
Muhammad Shallallahu 'alaihi wasallam yang secara jelas telah
disebutkan di dalam kitab suci mereka. Sedangkan Allah telah mengambil
perjanjian agar mereka tidak menyembunyikan hal itu dan menyampaikannya
kepada seluruh umat manusia. Namun, mereka terus menutup-nutupi bahkan
menolak nubuwwat tersebut, sehingga sama saja, mau diperingatkan
atau tidak oleh Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wasallam, mereka tidak
akan beriman.
Adapun sebabnya karena Allah telah menyegel hati dan pendengaran mereka sehingga mereka tidak mampu memahami peringatan dari Allah, tidak dapat mendengar peringatan dari Nabi Muhammad mengenai azab yang akan mereka terima akibat kekufuran mereka, sedang penglihatan mereka telah tertutup, sehingga tidak dapat lagi melihat hidayah dari Allah, sebagai alternatif bagi jalan hidup mereka yang salah, jelek dan sesat.
➨ Rujukan: Tafsir Ath-Thabari, Jilid I, 2001: 258-272
0 comments:
Post a Comment