Friday, October 11, 2019

Published October 11, 2019 by with 0 comment

Cara Duduk Makmum Masbuk dan Bacaannya Ketika Imam Tasyahud Akhir

Cara duduk makmum masbuk saat menemui imam dalam keadaan tasyahud akhir adalah dengan memakai duduk iftirasy (posisi duduk tasyahud awal). Ia tidak disunnahkan mengikuti imamnya dengan melakukan duduk tawarruk (posisi duduk tasyahud akhir).

Syaikh Abu Bakr bin Muhammad Syatha mengatakan:

وَسُنَّ تَوَرُّكٌ فِيْهِ أَيْ فِيْ قُعُوْدِ التَّشَهُّدِ الْأَخِيْرِ وَهُوَ مَا يَعْقِبُهُ سَلاَمٌ  فَلاَ يَتَوَرَّكُ مَسْبُوْقٌ فِيْ تَشَهُّدِ إِمَامِهِ الْأَخِيْرِ. قَوْلُهُ فَلاَ يَتَوَرَّكُ مَسْبُوْقٌ أَيْ لِأَنَّ تَشَهُّدَهَ لَمْ يَعْقِبْهُ سَلاَمٌ بَلْ يَفْتَرِشُ لِأَنَّ الْاِفْتِرَاشَ هَيْئَةُ الْمُسْتَوْفِزِ فَيُسَنُّ فِيْ كُلِّ جُلُوْسٍ تَعْقِبُهُ حَرَكَةٌ لِأَنَّهَا أَسْهَلُ عَنْهُ وَالتَّوَرُّكُ هَيْئَةُ الْمُسْتَقِرِّ

“Disunahkan duduk tawarruk dalam duduk tasyahud akhir, yaitu duduk yang diiringi salam, maka makmum masbuk tidak dianjurkan duduk tawarruk saat tasyahud akhirnya imam, karena tasyahudnya masbuk tidak diiringi salam. Anjuran baginya adalah duduk iftirasy sebab duduk iftirasy adalah posisi duduknya orang yang bersiap melakukan gerakan shalat berikutnya. Iftirasy disunnahkan untuk setiap duduk yang diiringi oleh gerakan sebab posisi tersebut lebih memudahkan untuk orang yang shalat. Sementara posisi duduk tawarruk adalah posisi duduknya orang yang berdiam tenang. (Lihat: Syaikh Abu Bakr bin Muhammad Syatha, I’anatut Thalibin, Libanon, Darul Kutub Al-Ilmiyyah, cetakan ketiga, 2007 M, juz I, halaman 296).

Sedangkan terkait bacaan, yang dianjurkan bagi makmum masbuk adalah membaca bacaan tasyahud akhir sebagaimana imamnya, meliputi bacaan tasyahud, membaca shalawat kepada Nabi dan keluarganya serta doa tasyahud akhir.

Syaikh Sulaiman Al-Bujairimi menegaskan:

وَأَمَّا الْمَسْبُوقُ إذَا أَدْرَكَ رَكْعَتَيْنِ مِنْ الرُّبَاعِيَّةِ فَإِنَّهُ يَتَشَهَّدُ مَعَ الْإِمَامِ تَشَهُّدَهُ الْأَخِيرَ ، وَهُوَ أَوَّلٌ لِلْمَأْمُومِ فَيُسْتَحَبُّ لَهُ الدُّعَاءُ فِيهِ .وَمِنْهُ الصَّلَاةُ عَلَى الْآلِ وَهَلْ بَقِيَّةُ التَّشَهُّدِ كَذَلِكَ أَوْ لَا يَأْتِي بِبَقِيَّةِ التَّشَهُّدِ لِأَنَّهُ كَنَقْلِ الْقَوْلِيِّ .ا هـ .ح ل ؟ وَاَلَّذِي اعْتَمَدَهُ م ر الْإِتْيَانُ بِبَقِيَّتِهِ ، بَلْ يُسْتَحَبُّ الْإِتْيَانُ بِدُعَائِهِ ، وَمِنْهُ الصَّلَاةُ عَلَى الْآلِ كَمَا فِي ع ش عَلَى م ر وَذَلِكَ أَنَّ الْقَاعِدَةَ أَنَّ لِلْمَأْمُومِ أَنْ يَأْتِيَ بِمَا يُسَنُّ لِلْإِمَامِ أَنْ يَأْتِيَ بِهِ وَالْإِمَامُ يُسَنُّ لَهُ فِي هَذِهِ الْحَالَةِ الْإِتْيَانُ بِذَلِكَ بِخِلَافِهِ فِيمَا إذَا كَانَ الْمَأْمُومُ مُوَافِقًا فِي التَّشَهُّدِ الْأَوَّلِ كَمَا مَرَّ

“Makmum masbuk yang menemui dua rakaat dari shalat empat rakaat, maka ia dianjurkan membaca tasyahud bersama imam sesuai bacaan tasyahud akhirnya imam, yang bagi masbuk merupakan tasyahud awal. Maka, sunnah bagi masbuk tersebut membaca doa di dalamnya termasuk membaca shalawat kepada keluarga Nabi. Apakah bacaan tasyahud akhir yang lain juga berlaku hukum yang sama atau masbuk tidak perlu membacanya karena tergolong memindah rukun qauli? Pendapat yang dipegang Imam Ar-Ramli adalah sunnah membaca bacaan tasyahud akhir yang lain, bahkan sunnah bagi masbuk untuk membaca doa, termasuk bershalawat untuk keluarga Nabi sebagaimana keterangan dalam Hasyiyah Ali Syibramalisi komentar atas kitab Nihayah karya Imam Ar-Ramli. Yang demikian tersebut berdasarkan kaidah bahwa makmum mengikuti bacaan yang disunahkan dibaca oleh imamnya, sementara dalam kondisi tasyahud akhir ini, imam sunnah membaca bacaan tasyahud ini, berbeda dengan persoalan makmum muwafiq saat tasyahud awal sebagaimana keterangan yang telah lewat. (Lihat: Syaikh Sulaiman Al-Bujairimi, Hasyiyatul Bujairimi alal Iqna’, Libanon, Darul Kutub Al-Ilmiyyah, cetakan kelima, 2005 M, juz II, halaman 209).

Kesimpulan:
Makmum masbuk posisi duduknya adalah duduk tasyahud awal (iftirasy), tidak mengikuti duduk tawarruknya imam. Sedangkan mengenai anjuran yang dibaca adalah bacaan tasyahud akhir dengan mengikuti imamnya.

Wallahu a’lam
      edit

0 comments:

Post a Comment