اَلْفَاجِرُ الرَّاجِى رَحْمَةَ اللهِ تَعَالَى أَقْرَبُ اِلَى
اللهِ تَعَالَى مِنَ الْعَابِدِ الْمُقْنِطِ
"Seorang pendosa yang sangat berharap rahmat Allah lebih dekat di
sisi Allah daripada ahli ibadah yang putus asa akan rahmat Allah."
Hikayat (1)
Ahli Ibadah yang Masuk Neraka
Zaid bin Aslam mendapat cerita dari Umar bin Khatthab radhiyallahu 'anhu:
Pada zaman dahulu hiduplah seorang hamba Allah yang tekun beribadah. Sayangnya ia tak pernah mengharap rahmat Allah.
Ketika meninggal ia bertanya kepada Allah, "Wahai Tuhan, apa yang akan Engkau berikan untukku?"
"Neraka!" jawab Tuhan.
"Wahai Tuhan, kalau begitu kemanakah seluruh ibadah dan amal saleh yang selama ini kulakukan?" protesnya.
Tuhan pun menjawab, "Tatkala di dunia kau berputus asa dari rahmat-Ku, maka pada hari ini takkan Kuberikan rahmat-Ku padamu."
Hikayat (2)
Rahmat Allah kepada Hamba-Nya
Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu berkisah berdasarkan cerita yang disampaikan oleh Nabi shallallahu 'alaihi wasallam:
Hiduplah seorang laki-laki yang selama hayatnya tak pernah berbuat baik selain hanya keyakinan akan Allah Yang Maha Esa.
Ketika ajalnya siap menjemput, ia berpesan kepada keluarganya, "Jika aku mati, bakarlah! Buang abunya ke laut saat angin bertiup."
Keluarganya pun memenuhi permintaan tersebut.
Ketika di akhirat Allah bertanya kepadanya, "Amal apakah yang kau jadikan bekal?"
"Hanya rasa takut menghadap Engkau, wahai Tuhan," jawabnya.
Lantas Allah mengampuninya. Sedangkan dia sama sekali tak pernah berbuat baik selain hanya mengesakan Allah.
Hikayat (3)
Nabi Musa dan Laki-laki Sesat
Pada masa Nabi Musa 'alaihissalam, ada seorang laki-laki yang meninggal
dunia. Karena ia sesat, maka para penduduk enggan memandikan dan
menguburkan jenazahnya. Mereka menendanginya dan membuangnya ke tempat
sampah.
Maka Allah menurunkan wahyu kepada Nabi Musa seraya berfirman, "Wahai
Musa! Ada laki-laki yang mati. Mayatnya dibuang di tempat sampah. Ia
salah seorang dari wali-Ku. Ia belum dimandikan, dikafani dan
dikuburkan. Pergilah kamu ke sana! Mandikanlah, kafanilah, shalatkanlah,
lalu kuburkan dengan baik!"
Kemudian Nabi Musa mendatangi tempat yang dimaksud. Ia bertanya kepada para penduduk setempat tentang mayat itu.
"Ya, dia seorang laki-laki sesat. Moralnya rusak dan bejat. Ia telah mati di sini."
"Di mana mayatnya? Allah memerintahkan aku ke mari untuk mengurus jenazah laki-laki itu," jelas Nabi Musa.
Bersama mereka Nabi Musa pergi. Ketika melihat langsung mayat yang
dibuang di tempat sampah itu dan mendengar penuturan penduduk setempat
tentang keburukan perbuatannya, maka Nabi Musa penasaran.
"Wahai Tuhan, Kau suruh aku mengafani dan menyalatinya, sementara
kaumnya menyaksikan bahwa ia seorang yang tercela. Engkau lebih tahu
dari mereka tentang kebaikan dan keburukannya."
Allah berfirman, "Wahai Musa! Kaumnya memang benar menjatuhkan hukuman
karena keburukan perbuatannya. Hanya saja ketika ia mati Aku
mengampuninya karena tiga hal. Orang-orang yang berbuat dosa yang
memohon ampunan-Ku pastilah Aku memberinya ampunan. Bagaimana Aku tidak
mengampuni Dia? Padahal Aku-lah Dzat Yang Maha Penyayang.
Apakah tiga hal itu wahai Tuhan?" tanya Nabi Musa.
Allah berfirman, "Ketika akan meninggal dunia ia berkata, "Wahai Tuhan!
Engkau tahu dengan semua maksiat yang aku lakukan. Hatiku sebenarnya
sangat membenci maksiat itu. Ada tiga hal yang membuat aku begitu: Pertama, karena
hawa nafsu, pergaulan buruk, dan karena Iblis terkutuk. Tiga hal ini
menyeretku ke jurang maksiat. Engkau tahu itu, maka ampunilah aku. Kedua, Engkau
tahu mengapa aku berbuat maksiat? Itu karena hidupku dikelilingi oleh
kemaksiatan. Padahal aku lebih suka bergaul di lingkungan orang saleh
dan zuhud. Bersama mereka lebih kusuka daripada dengan orang-orang
sesat. Ketiga, Sungguh orang saleh lebih baik daripada orang
jahat. Orang saleh lebih kusukai. Bila datang kepadaku oang saleh dan
jahat, pasti akan kudahulukan orang yang saleh."
Dalam riwayat Wahab bin Munabbih, laki-laki disebutkan berkata, "Wahai
Tuhan! Andaikan Kau ampuni dosaku, maka akan bergembiralah para wali dan
nabi-Mu. Sedangkan setan yang memusuhi-Mu dan musuhku akan bersedih.
Apabila Kau siksa aku karena ulah dosaku, maka setan dan sekutunya akan
bergembira. Sedangkan para wali dan para nabi-Mu akan bersedih. Kutahu
kegembiraan para nabi dan para wali lebih Kau suka daripada kegembiraan
setan dan sekutunya. Ampunilah aku Ya Allah! Kau tahu apa yang
kukatakan, maka rahmatilah dan ampunilah dosaku."
Maka, Kurahmati dan Kuampuni dia karena Aku Maha Penyayang. Lebih-lebih
kepada orang yang telah mengakui dosa-dosanya, maka Kuampuni dia dan
kumaafkan semua dosanya.
Wahai Musa! Lakukan apa yang Kuperintahkan. Akan Kuampuni orang-orang
yang menyalatinya dan menghadiri pemakamannya karena kemuliaan yang
Kuberikan kepada laki-laki itu."
0 comments:
Post a Comment