اِنَّ اللهَ تَعَالَى يَنْظُرُ اِلَى وَجْهِ الشَّيْخِ صَبَاحًا
وَمَسَاءً، وَيَقُوْلُ: يَا عَبْدِيْ، قَدْ كَبُرَ سِنُّكَ، وَرَقَّ جِلْدُكَ، وَرَقَّ
عَظْمُكَ، وَاقْتَرَبَ اَجَلُكَ، وَحَانَ قُدُوْمُكَ اِلَيَّ. فَاسْتَحْيِيْ مِنِّيْ،
فَأَنَا اَسْتَحْيِيْ مِنْ شَيْبَتِكَ اَنْ اُعَذِّبُكَ فِى النَّارِ
"Sesungguhnya Allah Ta'ala selalu memperhatikan orangtua renta tiap
pagi dan sore. Lalu berfirman, "Wahai hamba-Ku! Usiamu sudah lanjut,
kulitmu makin keriput, tulangmu makin rapuh, ajalmu dekat, dan kau akan
menghadap-Ku. Malulah kepada-Ku, maka Aku akan segan menyiksamu di dalam
neraka karena ketuaanmu."
Hikayat (1)
Ali dan Lelaki Tua Nasrani
Ketika waktu Subuh telah tiba, Ali bin Abi Thalib nampak tergesa-gesa.
Ia tak ingin ketinggalan jamaah shalat Subuh-nya. Sayang, seorang
laki-laki tua yang berjalan sangat lambat menghambat langkah Ali.
Demi menghormati orangtua itu, Ali hanya membuntut di belakangnya.
Tentulah Ali sangat khawatir tidak bisa ikut shalat berjamaah Subuh
bersama Nabi. Ketika ia tahu si tua tadi tidak memasuki masjid, barulah
ia sadar bahwa laki-laki tua itu seorang Nasrani.
Ketika Ali masuk masjid, ia mendapati Rasulullah tengah ruku'. Itu
artinya Ali masih punya kesempatan mengejar shalat tersebut. Ali lalu
berjamaah bersama mereka.
Ketika shalat sudah usai, para sahabat bertanya kepada Nabi, "Apa yang
terjadi wahai Rasulullah, sehingga engkau memperpanjang ruku' shalat ini
tadi? Engkau tak pernah melakukan hal ini sebelumnya."
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menjawab, "Ketika ruku' dan tengah membaca subhana rabbiyal 'azhimi
seperti biasanya, maka aku bermaksud hendak mengangkat kepalaku. Tetapi
Jibril datang dan menggelar sayapnya di atas punggungku. Lama sekali.
Ketika ia mengangkat sayapnya, barulah aku bisa berdiri mengangkat
kepala."
"Mengapa bisa terjadi seperti itu ya Rasulullah?" tanya salah seorang sahabat.
"Aku tak sempat menanyakan hal itu," jawabab Nabi.
Maka Jibril datang menemui Nabi, lalu berkata, "Ya Muhammad! Tadi Ali
tergesa-gesa agar bisa ikut shalat Subuh berjamaah. Tapi seorang Nasrani
tua menghambat jalannya. Ali tak tahu kalau laki-laki tua itu seorang
Nasrani. Ia biarkan orangtua itu berjalan di depannya. Maka Allah
memerintahkan padaku agar engkau tetap dalam keadaan ruku, agar Ali bisa
menyusul shalat Subuh-mu. Ini tidaklah mengherankan buatku. Yang
mengherankan justru Allah memerintahkan kepada Mikail untuk menahan
perputaran matahari dengan sayapnya, sehingga tenggang waktu terbitnya
menjadi lebih lama.Ini tentu karena pebuatan Ali tadi."
Kemudian Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, "Inilah derajat
orang yang memuliakan orang yang sudah lanjut usia, meskipun si tua itu
seorang Nasrani."
Hikayat (2)
Guru Abu Manshur al-Maturidi
Salah seorang guru Abu Manshur al-Maturidi telah dekat kewafatannya.
Usianya 80 tahun. Ketika sakit ia menginginkan seorang budak yang seusia
dengannya.
Maka ia menyuruh Abu Manshur mencari budak yang dimaksud untuk dibeli
kemudian dimerdekakan. Sayang ia tak bisa menemukannya. Bahkan
orang-orang berkata, "Apa ada orang yang tetap menjadi budak dalam usia
80 tahun?"
Abu Manshur kemudian menghadap gurunya dengan tangan hampa, dan
menceritakan kepada gurunya apa yang telah dikatakan oleh orang-orang
tadi.
Sang guru lalu menangis. Ia sujud kepada Allah seraya mengadu, "Wahal
Allah! Makhluk saja tidak menanggung kemuliaan apabila telah berusia 80
tahun. Bila ia jadi budak, maka ia akan dimerdekakan. Kini usiaku telah
80 tahun ya Allah. Bagaimana Kau takkan membebaskan aku dari siksa
neraka, padahal Engkau Maha Mulia, Maha Pemurah, Maha Agung, Maha
Mengampuni dan selalu menerima syukur."
Allah lalu membebaskannya dari api neraka karena doa tersebut.
0 comments:
Post a Comment