Sunday, February 16, 2020

Published February 16, 2020 by with 0 comment

Syarah Bulughul Maram (3)

Hadist No. 3:
 
وَعَنْ أَبِي أُمَامَةَ الْبَاهِلِيِّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إنَّ الْمَاءَ لَا يُنَجِّسُهُ شَيْءٌ إلَّا مَا غَلَبَ عَلَى رِيحِهِ وَطَعْمِهِ وَلَوْنِهِ. أَخْرَجَهُ ابْنُ مَاجَهْ وَضَعَّفَهُ أَبُو حَاتِمٍ.
وَلِلْبَيْهَقِيِّ الْمَاءُ طَهُورٌ إلَّا إنْ تَغَيَّرَ رِيحُهُ أَوْ طَعْمُهُ أَوْ لَوْنُهُ بِنَجَاسَةٍ تَحْدُثُ فِيهِ.
 
Dari Abu Umamah al-Bahily radhiyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah shallallaahu 'alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya tidak ada sesuatu apa pun yang dapat membuat air itumenjadi najis kecuali dicemari oleh sesuatu yang menimbulkan perubahan pada bau, rasa dan warnanya.” (Dikeluarkan oleh Ibnu Majah dan dinilai dhaif oleh Ibnu Hatim).
Menurut riwayat al-Baihaqi: “Air itu suci dan mensucikan kecuali jika berubah bau, rasa atau warnanya karena dicemari najis.”
 
Makna Hadits:
Air yang banyak akan menjadi najis apabila dicemari oleh najis dan salah satu dari tiga sifatnya berubah. Yang dimaksud dengan sifat air adalah warna, rasa dan baunya. Air dianggap suci dan mensucikan apabila najis yang jatuh ke dalamnya tidak mengubah salah satu dari tiga sifatnya itu.
 
Analisis Lafazh:
غَلَبَ عَلَى رِيحِهِ وَطَعْمِهِ وَلَوْنِهِ: maksudnya ialah salah satu sifatnya berubah, bukan semuanya, dan perubahan itu disebabkan oleh najis yang mencemarinya. Dari kalimat terakhir ini dapat disimpulkan bahwa apabila berubah karena sesuatu yang suci, seperti yang disebut di dalam riwayat lain, maka air tersebut tidak menjadi najis, sebaliknya tetap kekal suci, namun tidak menyucikan. Air seperti itu biasanya digunakan untuk minum dan bukan digunakan untuk ibadah, seperti berwudhu dan mandi junub.
 
تَحْدُثُ فِيهِ: yang terjatuh ke dalamnya atau yang mencemarinya.
 
وَضَعَّفَهُ: Abu Hatim menilai hadis ini dhaif karena berasal dari riwayat Rusydin ibn Sa’ad. Pada awalnya beliau adalah seorang yang saleh dalam beragama, kemudian beliau mengalami jadzab orang yang saleh, sehingga para ulama hadis tidak lagi menerima riwayatnya.
 
Fiqh Hadits:
Para ulama sepakat bahwa air itu apabila dicemari atau dijatuhi najis hingga mengubah salah satu dari sifat-sifatnya, yakni warna, rasa atau baunya, maka air itu menjadi najis.
 
Periwayat Hadits:
Abu Umamah, nama aslinya ialah Shada ibn Ajlan al-Bahili, seorang sahabat terkenal, meriwayatkan sebanyak 250 hadits. Beliau tinggal di Mesir, kemudian pindah ke Himsha hingga meninggal dunia pada tahun 81 Hijriah. Beliau adalah sahabat yang paling akhir meninggal dunia di negeri Syam.
 
Imam Ahli Hadits yang Meriwayatkan:
Abu Hatim al-Razi, gelarnya al-Imam dan al-Hafizh, nama aslinya adalah Muhammad ibn Idris Ibn al-Mundzir al-Hanzhali, salah seorang tokoh ulama terkemuka. Dilahirkan pada tahun 195 Hijriah. Imam al-Nasa’i memberikan keterangan mengenainya bahwa beliau adalah seorang yang tsiqah. Beliau meninggal dunia pada tahun 277 Hijriah pada umur 82 tahun.
 
Al-Baihaqi, gelarnya adalah al-Hafizh al-Allamah, seorang Syeikh di Khurrasan. Nama aslinya adalah Abu Bakar Ahmad ibn al-Husain, banyak menulis kitab yang tiada tandingannya, hingga jumlah karya tulisnya mencapai lebih kurang seribu juz. Beliau adalah seorang yang wara, takwa serta bersifat zuhud. Pernah mengunjungi Hijaz, Iraq dan Baihaq, nama sebuah kota yang tak jauh dari Naisabur. Lahir pada tahun 384 Hijriah dan meninggal dunia pada tahun 454 Hijriah.
      edit

0 comments:

Post a Comment