اِجْتِهَادُكَ
فِيْمَا ضُمِنَ لَكَ وَ تَقْصِيْرُكَ فِيْمَا طُلِبَ مِنْكَ دَلِيْلٌ عَلَى انْطِمَاسِ
الْبَصِيْرَةِ مِنْكَ
“Kesungguhanmu untuk mencapai sesuatu
yang telah dijamin pasti akan sampai kepadamu, dan (disertai) keteledoranmu
terhadap kewajiban-kewajiban yang telah diamanatkan (ditugaskan) kepadamu, itu
membuktikan butanya mata hatimu.”
KH.
Sholeh Darat berkata:
Syaikh
Ibnu ‘Athā’illāh berkata:
اِجْتِهَادُكَ
فِيْمَا ضُمِنَ لَكَ وَ تَقْصِيْرُكَ فِيْمَا طُلِبَ مِنْكَ دَلِيْلٌ عَلَى انْطِمَاسِ
الْبَصِيْرَةِ مِنْكَ
“Kesungguhanmu untuk mencapai sesuatu
yang telah dijamin pasti akan sampai kepadamu, dan (disertai) keteledoranmu
terhadap kewajiban-kewajiban yang telah diamanatkan (ditugaskan) kepadamu, itu
membuktikan butanya mata hatimu.”
Kesungguhanmu meraih apa yang telah
dijamin oleh Allah untukmu, dan kelalaianmu melaksanakan apa yang dituntut Allah
darimu, itu merupakan bukti butanya mata hatimu. Rajin dalam mencari rezeki dan
teledor dalam beribadah, itu menunjukkan butanya mata hatimu. Karena
Allah Swt sudah menanggung
rezeki untukmu, apakah kalian semua tidak mendengar firman Allah:
وَكَأَيِّنْ
مِنْ دَابَّةٍ لاَ تَحْمِلُ رِزْقَهَا، اللهُ يَرْزُقُهَا وَ إِيَّاكُمْ
“Dan
berapa banyak binatang yang tidak (dapat) membawa (mengurus) rezekinya sendiri,
Allah-lah yang memberi rezeki kepadanya dan kepadamu.” (QS.al-‘Ankabūt [29]: 60).
Dan
juga ayat yang telah disebutkan sebelumnya, bahwa sesungguhnya Allah
memerintahkan kepada kita semua untuk beribadah, Allah berfirman:
وَمَا خَلَقْتُ
الْجِنَّ وَ الْإِنْسَ إِلاَّ لِيَعْبُدُوْنَ
“Dan
Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi
kepada-Ku...” (QS. adz-Dzāriyāt [51]: 56).
وَالَّذِيْنَ
جَاهَدُوْا فِيْنَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا
“Dan
orang yang bersungguh-sungguh dalam (beribadah) kepada-Ku, maka sungguh Aku
akan menunjukkan kalian jalan menuju kepada-Ku….” (QS. al-‘Ankabūt [29]: 69).
وَأَنْ لَيْسَ
لِلْإِنْسَانِ إِلاَّ مَا سَعَى
“Sesungguhnya
tidak ada satupun yang dimiliki manusia kecuali pahala dari apa yang dikerjakan.”
(QS. an-Najm [53]:
39).
Alhasil, barangsiapa yang disibukkan pada hal yang sudah
ditanggung oleh Allah dan malah meninggalkan perkara yang diperintahkan
oleh-Nya, maka amat bodohlah orang tersebut, dan sungguh ia benar-benar
melupakan Allah. Bukankah kewajiban seorang hamba adalah menyibukkan
diri pada apa yang diperintahkan,
serta meninggalkan apa yang sudah ditanggung oleh Tuhannya?
Tidakkah engkau renungkan, jika Allah saja
memberikan rezeki kepada orang yang ahli berbuat kekufuran, maka tidakkah Allah
memberi rezeki kepada orang-orang yang beriman dan berbuat ketaatan?
Maka jelaslah, bahwa perkara rezeki itu
sudah ditanggung (untuk kalian) dan perkara ibadah itu dituntut (atas kalian)
untuk bersungguh-sungguh (melaksanakannya).
Ketahuilah!
Sesungguhnya seorang hamba tidak boleh melecehkan Tuhannya dalam suatu perkara
apapun. Boleh jadi, perkara yang engkau senangi itu terkadang buruk menurut
Allah, sebaliknya, perkara yang tidak engkau senangi itu malah menjadi suatu
kebaikan bagi dirimu.
Allah
berfirman:
وَعَسَى
أَنْ تَكْرَهُوْا شَيْئًا وَهُوَ خَيْرٌ لَّكُمْ، وَعَسَى أَنْ تُحِبُّوْا شَيْئًا
وَهُوَ شَرٌّ لَكُمْ
“Bisa jadi kamu membenci sesuatu,
padahal ia amat baik bagimu, dan bisa jadi (pula) kamu menyukai sesuatu padahal
ia amat buruk bagimu.” (QS. al-Baqarah [2]: 216).
0 comments:
Post a Comment