Rasulullah SAW pernah menguji kecintaan para sahabat sebelum perang
Badar. Kepada para sahabat dihadapkan dua pilihan: Menyerang kafilah
dagang yang dipimpin Abu Sufyan atau menyerang pasukan Quraisy.
Kebanyakan sahabat menghendaki kafilah dagang karena menyerang mereka
lebih mudah dan lebih menguntungkan. Nabi SAW menghendaki musuh yang
akan menyerang Madinah dan berada pada jarak perjalanan tiga hari dari
Madinah. Tuhan berfirman:
وَإِذْ يَعِدُكُمُ اللهُ إِحْدَى الطَّائِفَتَيْنِ أَنَّهَا
لَكُمْ وَتَوَدُّونَ أَنَّ غَيْرَ ذَاتِ الشَّوْكَةِ تَكُونُ لَكُمْ وَيُرِيدُ اللهُ
أَنْ يُحِقَّ الْحَقَّ بِكَلِمَاتِهِ وَيَقْطَعَ دَابِرَ الْكَافِرِينَ
Dan (ingatlah), ketika Allah menjanjikan
kepadamu bahwa salah satu dari dua golongan (yang kamu hadapi) adalah untukmu,
sedang kamu menginginkan bahwa yang tidak mempunyai kekekuatan senjatalah yang
untukmu, dan Allah menghendaki untuk membenarkan yang benar dengan ayat-ayat-Nya
dan memusnahkan orang-orang kafir. (QS. Al-Anfal: 7)
Rasulullah SAW bersabda: "Tuhan menjanjikan kepada kalian dua pilihan
--menyerang kafilah dagang atau menyerang pasukan Quraisy." Abu Bakar
berdiri, "Ya Rasulullah, itu pasukan Quraisy dengan bala tentaranya.
Mereka tidak beriman setelah kafir dan tidak merendah setelah perkasa."
Beliau menyuruh Abu Bakar duduk, seraya berkata, "Kemukakan pendapatmu
kepadaku." Umar berdiri dan mengucapkan pendapat yang sama seperti
pendapat Abu Bakar. Rasulullah SAW pun menyuruhnya duduk kembali.
Kemudian Miqdad berdiri, "Ya Rasulullah, memang itulah Quraisy dengan
bala tentaranya. Kami sudah beriman kepadamu, sudah membenarkanmu, dan
kami bersaksi bahwa yang engkau bawa itu adalah kebenaran dari sisi
Allah. Demi Allah, jika engkau memerintahkan kami menerjang pohon yang
keras dan duri yang tajam, kami akan bergabung bersama bersamamu. Kami
tidak akan berkata seperti Bani Israil kepada Musa -- Pergilah kamu bersama Tuhamu, berperanglah kalian berdua, kami akan duduk di sini saja. Tetapi kami akan berkata: Pergilah engkau bersama Tuhanmu, berperanglah dan kami akan berperang bersamamu."
Wajah Nabi SAW bersinar gembira. Beliau mendoakan Miqdad. Beliau juga
meminta pendapat Anshar, kelompok mayoritas yang hadir di situ.
Berdirilah Sa'ad bin Mu'adz: "Demi ayah dan ibuku, ya Rasulullah,
sungguh kami sudah beriman kepadamu, membenarkanmu, dan menyaksikan
bahwa apa yang engkau bawa adalah kebenaran dari Allah. Perintahkan
kepada kami apa yang engkau kehendaki. Demi Allah, sekiranya engkau
perintahkan kami untuk terjun ke dalam lautan, kami akan terjun ke
dalamnya bersamamu. Mudah-mudahan Allah memperlihatkan kepadamu yang
menentramkan hatimu. Berangkatlah bersama kami dalam keberkahan dari
Allah."
Berangkatlah Rasulullah SAW bersama sahabatnya meninggalkan kota Madinah
untuk menyongsong musuh yang bersenjata lengkap. Pada waktu itu turun
ayat:
كَمَا أَخْرَجَكَ رَبُّكَ مِنْ بَيْتِكَ بِالْحَقِّ وَإِنَّ
فَرِيقًا مِنَ الْمُؤْمِنِينَ لَكَارِهُونَ
Sebagaimana Tuhanmu mengeluarkan
kamu dari rumahmu dengan kebenaran, walaupun sebagian dari kaum mukminin
membencinya. (QS.
Al-Anfal: 5)
Sikap Miqdad dan Mu'adz menunjukkan
cinta setia mereka kepada Rasulullah SW. Mereka segera menangkap
kehendak kekasihnya --Rasulullah SAW-- dan mengesampingkan tujuan-tujuan
duniawi demi membahagiakan Nabi SAW yang dicintainya. Mereka juga
mengutamakan kehendak Rasulullah SAW di atas kehendak dan keinginan
mereka sendiri.
Wallahu a'lam
0 comments:
Post a Comment