Sunday, April 5, 2020

Published April 05, 2020 by with 0 comment

Risalah Ketujuh

Keluarlah dari kedirian, jauhi dia dan pasrahkan segala sesuatu kepada Allah. Jadilah penjaga pintu hatimu, patuhi segala perintah-Nya dan hormati larangan-larangan-Nya dengan senantiasa menjauhkan diri dari segala yang diharamkan-Nya. Jangan biarkan kedirianmu masuk ke dalam hatimu. Mengusir kedirian dari hati harus disertai pertahanan yang kokoh terhadapnya dan menolak bersikap patuh kepadanya di dalam segala keadaan. Mengizinkan ia masuk ke dalam hati sama artinya merelakan diri mengabdi kepadanya dan berintim ria dengannya. Maka hendaklah engkau tidak menginginkan segala yang bukan kehendak Allah. Segala keinginan yang bukan kehendak Allah adalah kedirian, yang merupakan rimba kejahilan. Dan hal itu akan  membinasakanmu dan menjadi penyebab keterasinganmu dari-Nya. Karena itu, jagalah perintah Allah, jauhi larangan-Nya, berpasrahlah selalu kepada-Nya dalam segala hal yang telah ditetapkan-Nya, dan jangan sekutukan Dia dengan sesuatu apapun. Jangan perturutkan kehendak diri agar tak tergolong orang-orang musyrik. Allah berfirman: Barangsiapa mengharap penjumpaan (liqa') dengan Tuhannya, maka hendaklah mengerjakan amal saleh dan tidak menyekutukanNya. (QS. Al Kahfi: 110)
 
Kesyirikan tak hanya penyembahan berhala. Pemanjaan nafsu jasmani dan menyamakan segala yang ada di dunia dan akhirat dengan Allah, juga syirik. Sebab selain Allah adalah bukan Tuhan. Bila kau tenggelam dalam sesuatu selain Allah berarti kau menyekutukan-Nya. Oleh sebab itu, waspadalah, jangan terlena. Maka dengan menyendiri akan diperoleh keamanan. Jangan menganggap dan mengklaim segala kemaujudan atau maqam-mu adalah berkat kau sendiri. Maka bila engkau memperoleh kedudukan atau maqam tertentu, hendaklah engkau tidak membicarakannya kepada orang lain. Sebab dalam perubahan nasib yang terjadi dari hari ke hari keagungan Allah mewujud, dan Allah membuat sekat di antara hati para hamba-Nya. Bisa-bisa yang kau perbincangkan itu sirna darimu dan yang kau anggap abadi pun menjadi lenyap hingga kau dipermalukan di hadapan yang kau ajak bicara. Simpanlah pengetahuan ini dalam lubuk hatimu dan jangan perbincangkan dengan orang lain. Maka jika hal itu terus maujud, maka hal itu akan membawa kemajuan dalam pengetahuan, nur, kesadaran dan pandanganmu. Allah berfirman: Segala yang Kami nasakhkan, atau Kami jadikan terlupakan, Kami datangkan yang lebih baik daripadanya, atau yang sepertinya. Tidakkah kamu ketahui bahwa Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. (QS. Al-Baqarah: 106)
 
Jangan menganggap Allah tak berdaya dalam suatu hal, jangan pula menganggap ketetapan-Nya tidak sempurna, dan jangan sedikit pun ragu akan janji-Nya. Dalam hal ini ada sebuah contoh luhur dalam Nabi Allah. Ayat-ayat dan surah-surah yang diturunkan kepadanya, dan yang dipraktikkan, dikumandangkan di masjid-masjid, dan termaktub di dalam kitab-kitab. Mengenai hikmah dan keadaan ruhani yang dimilikinya, ia sering mengatakan bahwa hatinya sering tertutup awan, dan ia berlindung kepada Allah tujuh puluh kali sehari. Diriwayatkan pula, bahwa dalam sehari ia dibawa dari satu hal ke hal lain sebanyak seratus kali, sampai ia berada pada maqam tertinggi dalam kedekatan dengan Allah. Ia diperintahkan untuk meminta perlindungan kepada Allah, karena sebaik-baik hamba adalah yang berlindung dan senatiasa mengarah kepada Allah. Dengan cara seperti itu, ada pengakuan akan dosa dan kesalahannya, dan inilah dua macam mutu yang terdapat pada seorang hamba, dalam segala keadaan kehidupan dan yang dimilikinya sebagai warisan dari Adam as, 'bapak' manusia, dan pilihan Allah.
 
Berkatalah Adam as: “Wahai Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tak mengampuni kami, dan merahmati kami, niscaya kami akan termasuk orang-orang yang merugi.” (QS. al-A'raaf: 23). Maka turunlah kepadanya cahaya petunjuk dan pengetahuan tentang taubat serta  hikmah di balik peristiwa ini, yang takkan terungkap tanpa ini; lalu Allah mengarah kepada mereka dengan penuh kasih sayang, sehingga mereka bisa bertaubat.
 
Dan Allah mengembalikannya ke posisi semua sehingga ia pun berada pada peringkat wilayat yang lebih tinggi, dan ia dikaruniai maqam di dunia dan akhirat. Maka dunia ini pun menjadi tempatnya menjalani hidup dan juga tempat keturunannya. Sedang akhirat sebagai tempat kembali dan tempat peristirahatan abadi mereka. Maka ikutilah Nabi Muhammad Saw, kekasih sekaligus pilihan Allah. Ikuti juga nenek moyangnya, Adam, pilihan-Nya - keduanya adalah kekasih Allah - dalam hal mengakui kesalahan dan berlindung kepada-Nya dari dosa-dosa, dan dalam hal bertawadhu dalam segala keadaan di kehidupan ini.
      edit

0 comments:

Post a Comment