Keluarlah dari
kedirian, jauhi dia dan pasrahkan segala sesuatu kepada Allah. Jadilah
penjaga pintu hatimu, patuhi segala perintah-Nya dan
hormati larangan-larangan-Nya dengan senantiasa menjauhkan
diri dari segala
yang diharamkan-Nya. Jangan biarkan kedirianmu masuk ke dalam hatimu. Mengusir
kedirian dari hati harus disertai pertahanan yang kokoh terhadapnya
dan menolak bersikap patuh kepadanya di dalam
segala keadaan. Mengizinkan ia masuk ke dalam hati sama artinya merelakan diri mengabdi kepadanya dan berintim ria dengannya.
Maka hendaklah
engkau tidak menginginkan segala yang
bukan kehendak Allah. Segala keinginan yang bukan
kehendak Allah adalah kedirian, yang merupakan rimba
kejahilan. Dan
hal itu akan membinasakanmu dan menjadi penyebab
keterasinganmu dari-Nya. Karena
itu, jagalah perintah Allah, jauhi larangan-Nya, berpasrahlah selalu kepada-Nya
dalam segala hal yang telah ditetapkan-Nya, dan jangan sekutukan Dia dengan sesuatu apapun. Jangan
perturutkan kehendak
diri agar tak tergolong orang-orang musyrik. Allah berfirman: “Barangsiapa
mengharap penjumpaan (liqa') dengan Tuhannya, maka hendaklah mengerjakan amal
saleh dan tidak menyekutukanNya.” (QS. Al Kahfi: 110)
Kesyirikan tak
hanya penyembahan berhala. Pemanjaan nafsu jasmani dan menyamakan segala yang
ada di dunia dan akhirat dengan Allah, juga syirik. Sebab selain Allah adalah
bukan Tuhan. Bila kau tenggelam dalam sesuatu selain Allah
berarti kau menyekutukan-Nya. Oleh sebab itu,
waspadalah, jangan terlena. Maka dengan menyendiri akan diperoleh keamanan.
Jangan menganggap dan mengklaim segala kemaujudan atau maqam-mu adalah berkat
kau sendiri. Maka bila engkau memperoleh kedudukan atau maqam
tertentu, hendaklah engkau tidak membicarakannya kepada
orang lain. Sebab dalam perubahan nasib yang terjadi dari hari ke hari
keagungan Allah mewujud, dan Allah membuat sekat di antara hati para hamba-Nya. Bisa-bisa yang kau perbincangkan itu sirna
darimu dan yang kau anggap abadi pun menjadi lenyap
hingga kau dipermalukan di hadapan yang kau ajak bicara. Simpanlah pengetahuan ini
dalam lubuk hatimu dan jangan perbincangkan dengan orang lain. Maka jika hal itu terus
maujud, maka hal itu akan membawa kemajuan dalam pengetahuan, nur, kesadaran
dan pandanganmu. Allah berfirman: “Segala yang
Kami nasakhkan, atau Kami jadikan terlupakan, Kami datangkan yang lebih baik
daripadanya, atau yang sepertinya. Tidakkah kamu ketahui bahwa Allah Maha Kuasa
atas segala sesuatu.” (QS. Al-Baqarah: 106)
Jangan
menganggap Allah tak berdaya dalam suatu hal, jangan pula menganggap
ketetapan-Nya tidak sempurna, dan jangan sedikit pun ragu akan janji-Nya. Dalam hal
ini ada sebuah contoh luhur dalam Nabi Allah. Ayat-ayat dan surah-surah yang
diturunkan kepadanya, dan yang dipraktikkan, dikumandangkan di masjid-masjid,
dan termaktub di dalam kitab-kitab. Mengenai hikmah dan keadaan ruhani
yang dimilikinya, ia sering mengatakan bahwa hatinya sering tertutup awan, dan
ia berlindung kepada Allah tujuh puluh kali sehari. Diriwayatkan pula, bahwa
dalam sehari ia dibawa dari satu hal ke hal lain sebanyak seratus kali, sampai
ia berada pada maqam tertinggi dalam kedekatan dengan Allah. Ia diperintahkan
untuk meminta perlindungan kepada Allah, karena
sebaik-baik hamba adalah yang berlindung dan senatiasa mengarah kepada Allah. Dengan cara seperti itu,
ada pengakuan akan dosa dan kesalahannya, dan inilah dua macam mutu yang terdapat
pada seorang hamba, dalam segala keadaan kehidupan dan yang dimilikinya sebagai
warisan
dari Adam as, 'bapak' manusia, dan pilihan Allah.
Berkatalah Adam as: “Wahai Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami
sendiri, dan jika Engkau tak mengampuni kami, dan merahmati kami, niscaya kami
akan termasuk orang-orang yang merugi.” (QS. al-A'raaf: 23). Maka turunlah
kepadanya cahaya petunjuk dan pengetahuan tentang taubat serta hikmah di balik peristiwa ini, yang takkan
terungkap tanpa ini; lalu Allah mengarah kepada mereka dengan penuh kasih
sayang, sehingga mereka bisa bertaubat.
Dan Allah mengembalikannya ke posisi semua sehingga ia pun berada pada
peringkat wilayat yang lebih tinggi, dan ia dikaruniai maqam di dunia dan
akhirat. Maka dunia ini pun menjadi
tempatnya menjalani hidup dan juga tempat
keturunannya. Sedang
akhirat sebagai tempat kembali dan tempat peristirahatan
abadi mereka. Maka ikutilah Nabi Muhammad Saw, kekasih sekaligus pilihan
Allah. Ikuti juga nenek moyangnya, Adam, pilihan-Nya
- keduanya adalah kekasih Allah - dalam hal mengakui kesalahan dan berlindung
kepada-Nya dari dosa-dosa, dan dalam hal bertawadhu dalam segala keadaan di kehidupan ini.
0 comments:
Post a Comment