Terkait masalah ini, ada penjelasan dalam kitab al-Fiqh al-Manhaji sebagai
berikut:
ويكره تأخيرها عن صلاة العيد إلى نهاية يوم
العيد، فإن أخرها عنه أثم ولزمه القضاء
“Makruh
mengakhirkan zakat fitrah dari shalat Id sampai habisnya hari Id. Jika
seseorang mengakhirkan membayar zakat fitrah dari hari Id, maka ia berdosa dan wajib baginya
untuk mengqadha.”
(Dr. Mushtafa
Said al-Khin dan Dr. Mushtafa al-Bugha, al-Fiqh al-Manhaji ‘ala al-Madzhab al-Imam
as-Syafi’i, Juz
1, hal. 152)
Hikmah di balik keharaman mengakhirkan membayar zakat
setelah selesainya hari raya Id erat kaitannya dengan tujuan pembagian zakat
fitrah, yakni mencukupi kebutuhan orang-orang yang berhak menerima zakat (mustahiq
az-zakat) pada saat hari raya Id, sebab hari tersebut adalah hari yang
penuh kebahagiaan, sehingga mengakhirkan pembayaran zakat fitrah setelah
selesainya hari raya akan menyalahi terhadap tujuan tersebut.
Di dalam
kitab Hasyiyah I’anah ath-Thalibin disebutkan:
ـ (قوله: وحرم تأخيرها) أي الفطرة، أي
إخراجها. وذلك لان القصد إغناء المستحقين في يوم العيد، لكونه يوم سرور
“Haram mengakhirkan zakat fitrah. Hal tersebut
dikarenakan tujuan adanya zakat fitrah adalah mencukupi orang-orang yang berhak
menerima zakat pada hari raya Id, sebab hari tersebut adalah hari kebahagiaan.” (Syekh Abu
Bakar bin Sayyid Muhammad Syatha, Hasyiyah I’anah ath-Thalibin, Juz 2,
hal. 197)
Waktu Akhir Hari Id
Yang dimaksud akhir dari hari Id yang menjadi batas akhir
membayar zakat fitrah adalah terbenamnya matahari pada tanggal 1 Syawal.
Sehingga membayar zakat fitrah setelah masa tersebut dihukumi haram, sedangkan membayar
zakat fitrah setelah shalat Id usai dilaksanakan hingga sebelum masa tersebut adalah hal yang
diperbolehkan, meskipun dihukumi makruh.
Lebih lanjut Syekh Abu Bakar bin Sayyid Muhammad Syatha menjelaskan
secara rinci klasifikasi waktu pembayaran zakat fitrah yang terbagi dalam lima
waktu, yakni waktu jawaz (boleh), waktu wajib, waktu fadhilah (utama), waktu
makruh, dan waktu haram.
ـ (والحاصل) أن للفطرة خمسة أوقات وقت
جواز ووقت وجوب ووقت فضيلة ووقت كراهة ووقت حرمة، فوقت الجواز أول الشهر ووقت
الوجوب إذا غربت الشمس ووقت فضيلة قبل الخروج إلى الصلاة ووقت كراهة إذا أخرها عن
صلاة العيد إلا لعذر من انتظار قريب أو أحوج ووقت حرمة إذا أخرها عن يوم العيد بلا
عذر
“Kesimpulannya bahwa membayar zakat fitrah ini memliki
lima waktu, yakni waktu jawaz (boleh), waktu wajib, waktu fadhilah (utama),
waktu makruh, dan waktu haram. Waktu jawaz adalah mengeluarkan zakat di awal
bulan Ramadhan. Waktu wajib adalah mengeluarkan zakat ketika telah terbenamnya
matahari pada akhir Ramadhan. Waktu fadhilah adalah mengeluarkan zakat ketika sebelum
keluar untuk melaksanakan shalat Id. Waktu makruh adalah ketika mengakhirkan
membayar zakat dari shalat Id, kecuali karena uzur semisal menunggu kerabat (untuk
diberikan zakat padanya) atau orang yang lebih butuh. Dan waktu haram adalah
ketika mengakhirkan membayar zakat fitrah dari hari raya Id (setelah terbenamnya
matahari) tanpa adanya uzur.”
(Syekh Abu Bakar bin Sayyid Muhammad Syatha, Hasyiyah I’anah
ath-Thalibin, Juz 2, hal. 174)
Penjelasan di atas menegaskan bahwa mengakhirkan pembayaran zakat fitrah dari hari Id hukumnya adalah haram tanpa adanya uzur. Sedangkan jika ada uzur maka hukumnya tidaklah haram. Lalu, seperti
apakah uzur yang dimaksud? Dalam kitab Fath al-Mu’in disebutkan:
ـ (وحرم تأخيرها عن يومه) أي العبد بلا
عذر كغيبة مال أو مستحق، ويجب القضاء فورا لعصيانه
“Haram mengakhirkan membayar zakat fitrah setelah hari Id
dengan tanpa adanya uzur seperti masih belum adanya harta (untuk zakat) atau
belum adanya orang yang berhak menerima zakat. Dan wajib mengqadha membayar zakat
fitrah sesegera mungkin lantaran perbuatan dosanya.” (Syekh Zainuddin al-Malibari, Fath al-Mu’in, Juz 2, hal. 174)
Kesimpulan
Menunaikan zakat fitrah setelah pelaksanaan shalat Id
dihukumi makruh, sedangkan jika dilakukan setelah terbenamnya matahari tanggal
1 Syawal dihukumi haram bila tanpa adanya uzur, ia berdosa dan wajib segera
mengqadha. Namun jika mengakhirkan membayar zakat fitrah itu karena adanya uzur
seperti tidak ditemukannya orang yang memenuhi kategori sebagai mustahiq zakat,
atau harta zakat belum berada dalam genggaman seseorang, boleh mengakhirkan
pembayaran sampai ditemukannya orang yang berhak menerima zakat atau harta
zakat sudah berada dalam genggaman seseorang; dan tidak dihukumi haram.
Wallahu a’lam
0 comments:
Post a Comment