كُلُّ
مَعْصِيَةٍ عَنْ شَهْوَةٍِ فَإِنَّهُ يرُْجَي غُفْرَانُهَا، وَكُلُّ مَعْصِيَةٍ عَنْ
كِبْرٍ فَإِنَّهُ لاَ يُرْجَي غُفْرَانُهَا. لِأَنَّ مَعْصِيَةَ إِبْلِيْسَ كَانَ أَصْلُهَا
مِنَ الْكِبْرِ وَ زَلَّةَ سَيِّدِنَا آدَم كَانَ أَصْلُهَا مِنَ الشَّهْوَةِ
"Kemaksiatan yang timbul karena dorongan syahwat masih bisa
diharapkan ampunannya, sedangkan kemaksiatan yang timbul karena
kesombongan tak bisa diharapkan ampunannya. Karena kemaksiatan iblis itu
asalnya adalah kesombongan, sedangkan ketergelinciran Nabi Adam berasal
dari syahwat."
Yang dimaksud dengan syahwat adalah:
اِشْتِيَاقِ
النَّفْسِ إِلَى شَيْءٍ
Keinginan nafsu terhadap sesuatu.
Sedangkan yang dimaksud dengan sombong adalah:
دَعْوَى
الْفَضْلِ
Merasa diri lebih utama.
Nah, iblis berbuat maksiat, yakni dengan menentang perintah Allah untuk
bersujud kepada Adam adalah karena merasa dirinya lebih utama daripada
Nabi Adam 'alaihis salam. Sedangkan kemaksiatan Nabi Adam 'alaihis
salam, yakni melanggar larangan makan buah khuldi adalah semata-mata
karena dorongan nafsu. Iblis tak dapat diampuni, sedangkan Nabi Adam
'alaihis salam memperoleh ampunan Allah Ta'ala.
0 comments:
Post a Comment