Wednesday, September 23, 2020

Published September 23, 2020 by with 0 comment

Hukum Menambahkan Doa Pribadi di Dalam Shalat

Shalat lima waktu atau shalat sunnah yang biasa kita lakukan tentu memiliki tata cara dan aturan, bacaan apa saja yang harus dan sunnah dibaca. Misalnya, membaca Al-Fatihah dalam setiap rakaat shalat wajib maupun sunnah itu harus dibaca. Sementara itu, misalnya membaca subhana rabbiyal ‘azhimi wa bi hamdih saat rukuk itu sunnah. Nah, bagaimanakah hukumnya menambahkan doa pribadi yang bersifat ukhrawi ataupun duniawi saat kita sedang shalat yang tidak terdapat dalam Al-Qur’an dan Hadits? Misalnya, menambahkan doa terkait permohonan jodoh, bertambah rezeki, diberi anak dan sebagainya.

 

Syaikh Ali Jumah dalam kumpulan fatwa Darul Ifta al-Mishriyyah mengatakan sebagai berikut:

 اتفقت المذاهب الفقهية المتبوعة فيما هو المعتمد عندهم على أنه لا يشترط في الصلاة الالتزامُ بنصوص الدعاء الواردة في الكتاب والسنة، وأن ذلك ليس واجبًا ولا متعينًا، وإن كان هو الأفضل إذا وافق ذكر اللسان حضور القلب، وأنه يجوز للمصلي أن يذكر ويدعو في صلاته بغير الوارد مما يناسب الوارد ولا مخالفة فيه

 

Madzhab-madzhab fikih yang diikuti sepakat bahwa pendapat yang muktamad menurut mereka itu dalam shalat tidak disyaratkan bersesuaian dengan nash-nash doa yang terdapat dalam Al-Qur’an dan Hadits. Hal itu tidak wajib dan tidak ditentukan secara khusus, walaupun memang yang lebih utama itu membaca doa yang sesuai dengan Al-Qur’an dan Hadits bila mampu meresapi bacaan zikir itu ke dalam hati. Selain itu, orang yang shalat itu boleh berzikir dan berdoa dalam shalatnya dengan zikiran dan doa apapun yang semakna dengan doa yang terdapat dalam Al-Qur’an dan Hadits, dan tidak bertentangan dengannya.

 

Salah satu dalil yang dikutip Syaikh Ali Jumah adalah pendapat Imam Ibnu Hajar Al-Asqalani berikut:

 

قال الحافظ ابن حجر في “فتح الباري” (2/ 321، ط. دار المعرفة) في شرح قول النبي صلى الله عليه وآله وسلم فيما يدعو به المصلي بعد التشهد: «ثُمَّ يَتَخَيَّرُ مِنَ الدُّعَاءِ أَعْجَبَهُ إِلَيْهِ فَيَدْعُو»: [واستُدِلَّ به على جواز الدعاء في الصلاة بما اختار المصلي من أمر الدنيا والآخرة

 

Imam Ibnu Hajar dalam Fathul Bari saat menjelaskan sabda Nabi mengenai doa yang dibaca setelah tasyahud, “Kemudian orang itu dipersilakan berdoa dengan sesuatu yang mengagumkan dirinya, dan orang itu pun berdoa.” Dari sini dapat disimpulkan mengenai kebolehan doa dalam shalat sesuai kehendak yang bersangkutan, baik doa tentang duniawi atau pun ukhrawi.

 

Selain itu, dalil lain yang dikutip Syaikh Ali Jumah adalah penedapat madzhab Maliki berikut:

 وقال الإمام الباجي في “المنتقى شرح الموطأ”: [وهذا كما قال لا بأس بالدعاء في المكتوبة وغيرها من الصلوات؛ يدعو بما شاء من أمر دينه ودنياه؛ سواء كان ذلك من القرآن أو غيره] اهـ

 

Al-Imam al-Baji dalam al-Muntaqa Syarah al-Muwatha menjelaskan, “Hal ini sebagaimana Imam Malik berkata, “Tidak masalah berdoa dalam shalat maktubah dan lainnya dengan bentuk doa sesuai yang dikehendaki, baik berupa doa ukhrawi atau pun duniawi, baik yang sesuai dengan doa dari Al-Qur’an atau pun mengarang sendiri.”

 

Dari beberapa penjelasan di atas, membaca doa dalam shalat untuk memohon diberikan keistiqamahan dalam beribadah, diberikan anak yang saleh dan salihah, atau diberikan rezeki yang berlimpah agar dapat bersedekah ke banyak orang itu diperbolehkan dan tidak membatalkan shalat.

 

Wallahu a’lam
      edit

0 comments:

Post a Comment