Hudzafah al-Mar'asyi berkata, "Ikhlas adalah berbuat sama antara lahir dan batin (di hadapan orang lain dan di dalam kesendirian."
Dzun Nun al-Mishri berkata, "Ciri ikhlas ada tiga. Pertama, dipuji atau dicela orang lain sama saja baginya. Kedua, ketika beramal, ia tidak melihat dirinya sedang beramal. Ketiga, amal yang ia lakukan hanya demi pahala di akhirat."
Abu Muhammad Sahal bin Abdullah at-Tustari berkata, "Ikhlas adalah seluruh gerak dan diamnya hanya karena Allah, baik dalam kesendirian maupun di keramaian, tidak bercampur dengan kehendak nafsu, keinginan diri dan keinginan duniawi."
Abu Ali ad-Daqqaq berkata, "Ikhlas adalah menjaga diri dari keinginan diperhatikan manusia. Sedangkan shidq (jujur) iadalah bersih hati dari mengikuti hawa nafsu."
Pada diri orang yang ikhlas tidak akan ditemukan riya, dan pada diri orang yang jujur tidak akan ada kesombongan.
Al-Qusyairi berkata, "Minimal shidq adalah sama dalam beramal di kesendirian dan di keramaian."
Sahal at-Tustari berkata, "Seorang hamba yang takabur tidak akan pernah mencium aroma kejujuran."
Imam al-Harits al-Muhasibi berkata, "Orang yang jujur adalah orang yang tidak mempedulikan penghormatan apapun yang bersemi di hati manusia untuk dirinya. Ia tak senang kebaikannya --yang paling kecil sekalipun--diketahui orang lain, tidak pula ia benci orang lain yang melihat kejelekan amalnya."
Menurut al-Qusyairi, jujur merupakan tiang amal, bahkan sendi ibadah. Yang dimaksud jujur karena Allah dalam beribadah ialah sama antara lahir dan batin. Lahirnya karena Allah dan batinnya pun karena Allah. Orang yang jujur dalam beribadah karena Allah adalah orang yang tidak mempedulikan penilaian manusia terhadap dirinya saat ia beramal, tidak suka memperlihatkan kesungguhannya kepada manusia, dan tidak benci kepada orang yang mengecam kesalahannya. Inilah niat ibadah yang benar, ikhlas dan jujur karena Allah. Orang seperti ini akan istiqamah dalam menjalankan ibadah, tidak terpengaruh oleh sanjungan dan celaan orang lain. Inilah niat yang dimaksud di dalam hadits Nabi Saw: "Sesungguhnya amalan-amalan itu tergantung niatnya". Yakni, "Segala amal itu berharga sesuai kadar keikhlasan dan kejujuran maksud pelakunya."
Ibnu Abbas ra berkata, "Seseorang akan mendapat pemeliharaan (amal) sesuai kadar niatnya." Dan Abu Ali al-Fudhail bin Iyadh berkata, "Meninggalkan amal karena manusia adalah riya. Beramal karena manusia adalah syirik. Apabila kamu beruntung mendapat pemeliharaan Allah dari keduniaan, itulah yang dinamakan ikhlas."
Wallahu a'lam
0 comments:
Post a Comment