Argumentasi Para Ulama
Para ulama memang berbeda pendapat terkait masalah ini. Mereka memiliki argumentasinya sendiri dalam menentukan hukum wanita haid membaca al-Qur'an. Dalam kitab al-Bujairimi ala al-Khatib juz 3 halaman 259-260 disebutkan:
( وَ الثَّالِثُ ( قِرَاءَةُ ) شَيْءٍ مِنْ ( الْقُرْآنِ ) بِاللَّفْظِ أَوْ بِالْإِشَارَةِ مِنْ الْأَخْرَسِ كَمَا قَالَ الْقَاضِي فِي فَتَاوِيهِ ، فَإِنَّهَا مُنَزَّلَةٌ مَنْزِلَةَ النُّطْقِ هُنَا وَلَوْ بَعْضَ آيَةٍ لِلْإِخْلَالِ بِالتَّعْظِيمِ ، سَوَاءٌ أَقَصَدَ مَعَ ذَلِكَ غَيْرَهَا أَمْ لَا لِحَدِيثِ التِّرْمِذِيِّ وَغَيْرِهِ : { لَا يَقْرَأْ الْجُنُبُ وَلَا الْحَائِضُ شَيْئًا مِنْ الْقُرْآنِ }. الشَّرْحُ قَوْلُهُ : ( وَقِرَاءَةُ الْقُرْآنِ ) وَعَنْ مَالِكٍ : يَجُوزُ لَهَا قِرَاءَةُ الْقُرْآنِ ، وَعَنْ الطَّحَاوِيِّ يُبَاحُ لَهَا مَا دُونَ الْآيَةِ كَمَا نَقَلَهُ فِي شَرْحِ الْكَنْزِ مِنْ كُتُبِ الْحَنَفِيَّةِ. ( حاشية البجيرمي على الخطيب ج 3 ص 259-260)
Dalam redaksi yang bergaris bawah dinyatakan bahwa Imam Malik berpendapat bahwa diperbolehkan bagi wanita haid membaca al-Qur’an. Selain itu, Imam Thahawi juga memperbolehkan membaca namun tidak lebih dari satu ayat. Beliau menukil keterangan dalam kitab Syarh al-Kanzi salah satu kitab ulama Hanafiyah.
Dalam kitab yang sama, Syaikh Sulaiman bin Muhammad al-Bujairimi memberikan tanbih (peringatan atau sesuatu yang harus diperhatikan) sebagaimana berikut ini:
تَنْبِيهٌ : يَحِلُّ لِمَنْ بِهِ حَدَثٌ أَكْبَرُ أَذْكَارُ الْقُرْآنِ وَغَيْرُهَا كَمَوَاعِظِهِ وَأَخْبَارِهِ وَأَحْكَامِهِ لَا بِقَصْدِ الْقُرْآنِ كَقَوْلِهِ عِنْدَ الرُّكُوبِ : { سُبْحَانَ الَّذِي سَخَّرَ لَنَا هَذَا وَمَا كُنَّا لَهُ مُقْرِنِينَ } أَيْ مُطِيقِينَ ، وَعِنْدَ الْمُصِيبَةِ : { إنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إلَيْهِ رَاجِعُونَ } وَمَا جَرَى بِهِ لِسَانُهُ بِلَا قَصْدٍ فَإِنْ قَصَدَ الْقُرْآنَ وَحْدَهُ أَوْ مَعَ الذِّكْرِ حُرِّمَ ، وَإِنْ أَطْلَقَ فَلَا . (حاشية البجيرمي على الخطيب ج 3 ص 264)
Dalam keterangan di atas, Syaikh Sulaiman yang merupakan pengarang kitab tersebut mengatakan bahwa halal atau boleh membaca dzikir dari ayat-ayat al-Qur’an dan selainnya bagi orang yang hadas besar (termasuk haid), namun tidak dengan maksud membaca al-Qur’an. Seperti membaca tasbih saat ruku’ atau istirja’ saat terjadi musibah. Begitu pula kalau orang yang hadas besar tersebut tidak sengaja. Namun, kalau sengaja membaca al-Qur’an saja, atau sengaja membaca al-Qur’an dan dzikir bersamaan, maka itu haram.
Sayyid Abdurrahman as-Segaf dalam karyanya, Tarsyih al-Mustafidin, menuliskan sebagai berikut:
خلافا لما أفتى به النواوي اي من حل قراءة الصبي ومكثه في المسجد مع الجنابة ووافقه كثيرون ، وقال في الإيعاب اختار إبن المنذر و الدارمي وغيرهما ما روي عن ابن عباس وغيره أنه يجوز للحائض والجنب قراءة كل قرأن وهو قول الشافعي قال الزركسي الصواب إثبات هذا القول في الجديد قال بعض المتأخرين هو مذهب داود وهو قوي فإنه لم يثبت شيء في المسئلة يحتج به والأصل عدم التحريم والمذهب الأول وهو التحريم. (ترشيح المستفيدين ص: 29)
Dalam kitab tersebut Sayyid Abdurrrahman mengutip keterangan Imam Ibnu Hajar al Haitami dalam kitab al-I’ab yang menuturkan bahwa Ibnu Mundzir dan Imam Darimi memilih sebuah pendapat sesuai dengan yang diriwayatkan dari sahabat Ibnu ‘Abbas. Beliau berkata, “Sesungguhnya diperbolehkan bagi orang yang haid dan junub membaca al-Qur’an”. Pendapat itu adalah pendapat Imam Syafi’i saat masih berada di Mesir yang terkenal dengan sebutan qaul jadid dan juga pendapat Imam Abu Dawud. Untuk itu menurut Imam az-Zarkasi benar dan memang boleh dijadikan ibarat pembolehan membaca al-Qur’an bagi orang yang hadas besar (haid dan junub).
Itulah pendapat para ulama tentang hukum membaca al-Qur’an bagi wanita haid dan orang yang junub. Mayoritas ulama mengatakan pada asalnya adalah haram, namun kalau ada hajat, boleh dan sah-sah saja seseorang yang hadas membaca al-Qur’an asal tidak bermaksud secara sengaja membaca al-Qur’an. Sedangkan sebagian ulama, seperti Malikiyah, Zhahiriyah dan Imam Syafi’i dalam qaul jadid-nya, membolehkan secara mutlak asal tidak menyentuh mushaf al-Qur’an.
Lalu, bagaimana sebaiknya?
Sebaiknya pilihlah pendapat mayoritas ulama, karena kesepakatan mayoritas ulama itu lebih kuat daripada pendapat perseorangan.
Wallahu a'lam
0 comments:
Post a Comment